PojokTIM – Tidak banyak komunitas sastra yang bisa eksis  cukup jangka waktu lama. Dari yang sedikit itu, Komunitas Sastra Reboan adalah salah satunya. Bukan hanya mampu bertahan, Sastra Reboan juga konsisten mengadakan kegiatan baca puisi dan penerbitan buku antologi puisi.

Demikian dikatakan Ketua Komisi Simpul Seni Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Imam Ma’arif ketika memberi testimoni pada acara ulang tahun Sastra Reboan ke-16 sekaligus peluncuran antologi puisi Punggung Panggung di Warung Apresiasi (Wapres) Bulungan, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2024) malam.

“Tidak mudah menjaga eksistensi sebuah komunitas sastra. Saya pernah terlibat dalam Komunitas Senen, namun tidak berumur panjang. Saya mengapresiasi Sastra Reboan yang tetap eksis dan berkarya. Sebagai Ketua Simpul Seni DKJ, di mana salah satu tugasnya adalah penguatan komunitas seni, saya mengucapkan selamat atas capaian usia Sastra Reboan ke-16,” ujar Imam.

Hal senada dikatakan pengamat dan kritikus sastra Tatan Daniel. Menurut Tatan, Sastra Reboan harus tampil menjadi lokomotif bagi anggota untuk menyuarakan persoalan-persoalan di luar komunitas.

“Misalnya ikut memberikan masukan kepada pemerintahan mendatang agar ada kementerian kebudayaan. Tidak apa-apa. sebab kita membutuhkan kementerian yang fokus mengurus kebudayaan,” ujar Tatan.

Pembina Sastra Reboan A. Slamet Widodo tampil dalam musikalisasi puisi diiringi grup musik Joko JOker. Foto: Ist

Sementara, Pembina Sastra Reboan A. Slamet Widodo, tampil dengan style-nya yang sudah banyak dikenal. Ketika diberi kesempatan untuk menyampaikan pidato, penyair yang terkenal dengan puisi-puisi glenyengan-nya, itu justru mengajak tamu undangan untuk ikut memparodikan lagu Suwe Ora Jamu. Demikian juga ketika didapuk untuk memusikalisasi puisi-puisinya. Dengan iringan Grup Musik Joko Joker, Slamet Widodo melagukan puisi Bram hingga Kentut.

Tampak hadir dalam acara tersebut di antaranya Ketua Sastra Reboan Dyah Kencono Puspito Dewi, tokoh musik jalanan sekaligus owner Wapres, Anto Baret, movelis Harry Cahyono ,para ketua komunitas sastra, sastrawan, penyair hingga kritikus dan dan pengamat sastra. Para penyair yang karyanya terhimpun dalam antologi puisi Punggung Panggung, seperti Jose Rizal Manua, Nanang R. Supriyatin, Kunia Effendi, Wahyu Toveng, dan lain-lain, diberi kesempatan untuk tampil membacakan puisinya.

Ketua Sastra Reboan Dyah Kencono Puspito Dewi tampil membacvakan puisinya. Foto: Ist

Dikutip dari pengantar antologi Punggung Panggung, Sastra Reboan berdiri pada bulan April 2008. Meski pengurusnya telah silih berganti, Sastra Reboan secara konsisten tetap berkarya dan mengadakan kegiatan, kecuali saat pandemi Covid-19.

“Tentu saja dibutuhkan manajemen yang baik dalam mengolah diri untuk dapat bertahan, berkembang, dan membawa manfaat lebih bagi seniman secara umum. Bagaimana pun kepiawaian pengurus dalam menata kelola komunitasnya berperan penting  untuk perkembangan dan kelangsungan kegiatannya,” ujar Dyah Kencono.

 

Bagikan ke Media Sosial

Hubungi Admin Jika Ingin Meng-copy Konten Website ini