PojokTIM-Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Provinsi Daerah Khusus Jakarta Syaefuloh Hidayat ingin kompleks Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM) memiliki kegiatan rutin yang dapat menarik perhatian masyarakat, termasuk para pelajar. Mantan Kepala Inspektorat DKI Jakarta itu pun mengajak seniman untuk merumuskan kegiatan yang tepat dalam rangka menumbuhkan minat baca dan literasi di Jakarta.

“Kemarin (saat menjabat Kepala Inspektorat, red) saya mengadakan Festival Pelajar Berintegritas selama dua bulan dari Oktober sampai November 2024 dengan tema antikorupsi. Bentuknya lomba, ada lomba puisi, pantomim, drama, konten kreator dan lain-lain yang ditampilkan di setiap kecamatan. Tujuannya untuk membangun budaya berintegritas dan antikorupsi di kalangan pelajar,” ujar Syaefuloh kepada sejumlah seniman di ruang kerjanya, Selasa (24/12/2024), didampingi sejumlah pejabat di lingkungan Dispusip termasuk Kepala UPT PDS HB Jassin Diki Lukman Hakim dan Kepala Subbag Tata Usaha Moch Nanang Suryana.

Dari kalangan seniman hadir Ketua Simpul Seni Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Imam Ma’arif, pengurus Literasi Kompasiana (LitKom) sekaligus penggiat Taman Sastra Inspirasi Indonesia (TISI) Isson Khairul, penyair senior Nanang R Supriyatin, penggiat Sastra Reboan Dyah Kencono Puspito Dewi, dan novelis Yon Bayu Wahyono.

Lebih lanjut Syaefuloh mengatakan, sebagai pusat kesenian, TIM harus harus menampilkan kegiatan berskala besar yang melibatkan berbagai komunitas seni sehingga mendapat perhatian luas dari masyarakat.

“Kita dapat memanfaatkan ruang-ruang yang ada untuk kegiatan seni. Misalnya mengadakan pameran dengan melibatkan para pelajar SMA dan SMK di Jakarta. Tentu melalui kolaborasi dengan pihak terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kebudayaan dan lainnya,” terang Syaefuloh yang dilantik menjadi kepala Dispusip pada 29 November 2024 lalu.

Dalam kesempatan itu, Imam Ma’arif menyampaikan sejumlah masukan terutama terkait posisi penting PDS HB Jassin sebagai “rumah” bagi sastrawan yang berkegiatan di TIM. Pasca revitalisasi TIM, tidak ada lagi ruang-ruang alternatif untuk kegiatan seniman.

“Semua ruang dan gedung baik yang dikelola PT Jakpro (Jakarta Propertindo) termasuk Gedung Graha Budaya maupun yang dikelola UP PKJ TIM yang sekarang menjadi BLUD (Badan Layanan Umum daerah) seperti Gedung Teater Besar dan Teater Kecil, dikenakan tarif tinggi. Akhirnya seniman memaksimalkan aula HB Jassin untuk melakukan kegiatan seperti launching buku, diskusi, hingga pembacaan puisi,” kata Imam.

Imam, juga Isson mengapresiasi gagasan kepala Dispusip untuk mengadakan kegiatan berskala besar, bukan hanya Jakarta, namun juga nasional. Sebab TIM sebagai pusat kesenian pernah menjadi barometer kegiatan kesenian tanah air.

“DKJ bersama PDS HB Jassin, sedang menggodok rencana pertemuan sastrawan yang awalnya hanya untuk kalangan seniman Jakarta, menjadi skala Indonesia dan ASEAN,” ujar Imam.

Terkait hal itu, Diki Lukman Hakim menjelaskan, selama ini Dispusip melalui PDS HB Jassin telah mengadakan berbagai kegiatan baik di aula HB Jassin maupun dengan memanfaatkan plaza dan selasar Gedung Ali Sadikin serta ruang-ruang lainnya. Salah satunya Senara (Senandung Aksara). Kegiatan tersebut selalu melibatkan seniman dan komunitas seni.

 

Bagikan ke Media Sosial

Hubungi Admin Jika Ingin Meng-copy Konten Website ini