PojokTIM – Upaya Dapur Sastra Jakarta (DSJ) mendorong para penyair tetap berkarya dan diterbitkan dalam bentuk buku antologi, baik bersama maupun tunggal, tidak pernah surut. Menariknya, DSJ juga menyediakan program penerbitan gratis bagi penyair yang karyanya terpilih sebagai pemenang dalam antologi bersama.

Terbaru, DSJ menggelar program penerbitan bersubsidi  dengan tema Kemerdekaan Puisi 2024. Program ini terbuka untuk umum. Karya-karya yang masuk akan diseleksi dan nantinya diterbitkan dalam antologi bersama.

Bagi yang karyanya dibukukan dalam antologi bersama, diwajibkan mengganti ongkos cetak minimal 1 eksemplar seharga Rp 85 ribu. Sementara pemenangnya mendapat kesempatan menerbitkan buku antologi secara gratis.

“Bagi penyair dengan karya terbaik 1-3, DSJ memberikan subsidi penerbitan buku antologi tunggal, dan uang cash ,” ujar Ketua Umum DSJ Remmy Novaris DM melalui telepon, Senin (10/6/2024.

Remmy Novaris DM. Foto: Ist

Rinciannya, untuk pemenang pertama mendapat subsidi penerbitan buku antologi tunggal sebanyak 50 eksemplar plus uang Rp 600 ribu. Pemenang kedua mendapat subsidi penerbitan antologi tunggal sebanyak 30 eksemplar dan mendapat uang Rp 400 ribu. Pemenang ketiga mendapat uang Rp 200 ribu dan subsidi penerbitan antologi tunggal sampai 20 eksemplar.

“Para pemenang juga mendapat sertifikat, kaos dan buku antologi bersama. Jadi pemenang tidak wajib ganti ongkos cetak, malah kita kasih uang dan cetak gratis. Pemenang cukup kirim naskah ke DSJ untuk dicetak secara gratis dengan jumlah sesuai kriteria tersebut,” terang Remmy.

Tidak hanya melalui lomba, DSJ juga memberikan subsidi penerbitan buku antologi tunggal bagi anggota yang aktif di media sosial milik DSJ selama satu tahun berjalan. “Seluruh anggota DSJ memiliki kesempatan yang sama,” kata Remmy.

Menurut Remmy, program tersebut sudah digelar sejak 2011 sebagai bentuk komitmen DSJ dalam membantu pendokumentasian karya sastra secara hard cover.

“Jika hanya disimpan dalam bentuk softcopy, tidak aman karena software terus berganti. Dulu kita bisa simpan pakai disket, kemudian ganti ke flasdisk. Tidak ada jaminan dua-tiga tahun mendatang flashdisk tidak diganti oleh software baru,” kata Remmy yang telah berkecimpung di Kompaleks Taman Ismail Marzuki (TIM, Cikini, sejak tahun 1970-an.

Bagikan ke Media Sosial

Hubungi Admin Jika Ingin Meng-copy Konten Website ini