Mengenang Chairil Anwar (26 Juli 1922 – 28 April 1949)
BIARKAN SUNYI MENGEMBARA
Adakah cara jitu meledakan sinis di wajah sunyi
tak bisa hanya dengan meriam tinggalan Toean Belanda
atau merobek dengan pisau berkarat
desis peluru berbau mesiu pun tak cukup
membinasakan sunyi yang bersembunyi
di benteng-benteng berdinding usang
bertuliskan “Merdeka ataoe Mati”
Setengah tengadah ingin merampas
seluruh kalimat dalam puisi untuk meredam
sunyi mengepung hari-hari
karena kata telah jadi sumber sengketa
hanya perempuan molek mampu memikat mata
Sunyi mengembara memiliki daratan dan cahaya
sambil menatah rahasia di kepalanya sendiri.
Parepare, 2025
SAMPAI JUGA DERU ANGIN
Sampai juga deru angin
bahasa takdir menjadi mungkin
akan sampai akhir juga kisah
selesai semua gundah gelisah
di sepetak tanah dengan angin membeku
sepi terpaku
Lindap pohon kemboja berbunga
hilang segala suara di telinga
katamu, “di Karet, di Karet (daerahku y.a.d)
sampai juga deru angin.”
akan ada yang sejati
sepimu penuh arti
Tak ada lagi sembunyikan jawaban
untuk perjuangan dan pengorbanan.
Parepare, 2025
SUNYI SENDIRI
Sudah lahir tanah ranggas
musim datang dan pergi bergegas
menyingkap sendiri aurat sunyi
meski tercium wangi melati tersembunyi
waktu tak juga mengasihimu
penuh seluruh terasa semu
menolak jemu
Terus saja segala kisah dibiarkan
“hidup hanya menunda kekalahan,”
ungkapmu getir dicekik mimpi buruk
serupa nasib pribumi yang terpuruk
Masa kecil terus membayangi diri
ayah-ibu saling berbagi nasib sendiri
lalu semuanya menjadi penjara kata-kata
apakah ini kehendak semesta?
mencoba menghidupi puluhan buku cinta
dibaca penuh kesepian tanpa diminta
Sunyi sendiri menyergap kamar
di dinding kusam tubuh bersandar.
Parepare, 2025
BIONARASI
Tri Astoto Kodarie, lahir di Jakarta, 29 Maret, besar di Purbalingga, sekolah di Yogya dan menetap di Parepare, Sulawesi Selatan. Ada 11 buku puisi tunggal yang telah terbit, terakhir buku kumpulan puisi Melolong (Circa, Yogya 2024). Semenjak pensiun dari guru, masih berkegiatan memnberikan pelatihan penulisan ke sekolah, ponpes, dan komunitas. Puisinya termuat di banyak antologi puisi bersama di berbagai kota. Kini bersastra bersama Rumah Puisi Parepare.