Sepotong pesan pendek itu diposting oleh sastrawan Jose Rizal Manua di WAG Dapur Sastra Jakarta, Selasa malam, mengabarkan kepergian sastrawan Yudhistira ANM Massardi.
“Kabar dari Noorca M. Massardi,” tulis Jose disertai ucapan duka mendalam dari Teater Tanah Air Indonesia.
Kabar wafatnya Yudhis, demikian teman akrabnya menyapa, sontak menjadi duka mendalam bagi seniman dan penggiat seni lainnya yang sering berkegiatan di Taman Ismail Marzuki TIM). Terlebih belum lama ini Yudhis “mampir” ke PDS HB Jassin sebagai bagian dari roadshownya bertajuk “Safari Sastra Yudhistira” bersama Renny Djajoesman dan Yuka Mandiri.
Menurut Nanang R Supriyatin melalui unggah di laman Facebook, Yudhis cukup produktif. Cerpennya menghiasi Majalah Sastra Horison, Kompas dan media massa lainnya. Pasca bergugurannya media cetak, Yudhis tetap eksis bahkan roadshow ke beberapa kota untuk membacakan puisinya yang bernuansa politik.
Yudhistira Andi Noegraha Moelyana Massardi Lahir di Subang, Jawa barat, 28 Februari 1954. Disarikan dari berbagai sumber, Yudhis pernah menjadi redaktur majalah Le Laki (1976-1978), majalah Tempo (1979-1981), majalah Jakarta Jakarta (1985-1987), majalah Editor (1988), dan Gatra.
Tahun 1981 penulis novel “Yudhistira Duda” itu mengikuti konferensi Pengarang Asia di Manila. Tahun 1983 ia mengunjungi Jepang. Ia juga pernah mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat.
Yudhis banyak menulis lirik yang kemudian dilagukan duet kakak-beradik Franky dan Jane.
Novel Arjuna Mencari Cinta meraih hadiah sebagai novel bacaan remaja terbaik tahun 1977 dari Yayasan Buku Utama.
Naskah dramanya Wot (1977) dan Ke (1978) mendapat hadiah harapan dalam Sayembara Penulisan Naskah Drama DKJ. Novel Mencoba Tidak Menyerah mendapat Hadiah Harapan Sayembara Mengarang Roman DKJ
1977.
Kumpulan puisi Sajak Sikat Gigi terpilih sebagai satu di antara empat buku puisi terbaik tahun 1976-1977, hasil pertimbangan dewan juri yang dibentuk oleh Dewan Kesenian Jakarta.
Selamat jalan, Mas Yudhis.