Penulis naskah dan sutradara Putu Wijaya saat memberikan keterangan kepada wartawan. Foto: Guntoro Sulung

PojokTIM – Karya monumental “Aduh” karya Putu Wijaya kembali dipentaskan oleh Teater Mandiri di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM). Pementasan selama 2 hari, tanggal 20 dan 21 Februari 2025 pukul 20.00 WIB tersebut merupakan bekerjasama dengan Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) serta didukung oleh Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (UP PKJ TIM).

Dikenal sebagai salah satu karya terbesar Putu Wijaya, “Aduh” pertama kali ditulis pada tahun 1971 dan meraih penghargaan sebagai pemenang I Sayembara Penulisan Lakon DKJ pada tahun 1973. Karya ini menggambarkan kehidupan yang penuh ironi dan kegetiran, namun tetap menemukan ruang untuk tawa yang sarat makna. Melalui narasi yang seimbang antara humor dan kritik sosial, Aduh mengajak penonton untuk merenungkan konflik batin manusia, kegelisahan, dan pencarian makna dalam hidup yang tak terhindarkan.

Pementasan kali ini cukup penting karena bertujuan untuk mengembalikan interpretasi “Aduh” pada Konteksnya. Selama lebih dari lima dekade, naskah “Aduh” sering kali disalahartikan, dan banyak pementasan yang gagal menampilkan kejenakaan yang menyedihkan yang menjadi ruh naskah.

“Padahal, “Aduh” sejatinya adalah sebuah potret kemanusiaan yang sangat relevan dengan kondisi sosial masyarakat Indonesia. Banyak yang menganggap karya ini sebagai sebuah bentuk teater absurd ala Barat, padahal “Aduh” adalah sebuah cerminan dari persoalan sosial yang masih terjadi di tanah air, dan ini perlu terus diatasi,” ujar Ketua Komite Teater DKJ Kris Aditya melalui press release, kemarin.

Dalam pertunjukan kali ini, menurut Adit, Teater Mandiri ingin mengklarifikasi kesalahpahaman yang terjadi dan membawa penonton untuk melihat lebih dalam tentang kenyataan sosial yang disampaikan dalam “Aduh”.

Adit menambahkan, karya “Aduh” bukanlah meniru fenomena teater absurd, tetapi mencerminkan realitas yang perlu kita hadapi dan selesaikan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Putu Wijaya, dengan kemampuannya yang telah terbukti dalam merangkai cerita, menyajikan humor dalam Aduh bukan sekadar hiburan, tetapi sebagai sarana untuk merefleksikan kekurangan, ketakutan, dan harapan manusia.

Humor ini hadir sebagai cara untuk menatap sisi lain dari kehidupan yang seringkali terlupakan, namun tetap membuat kita tersenyum dalam perjalanan yang penuh ketidakpastian,” tegas Adit.

Salah satu adegan dalam pementasan “Aduh”. Foto: Guntoro Sulung

Gelar Workshop

Menariknya, dalam rangka menyukseskan pementasan “Aduh” karya Putu Wijaya, Teater Mandiri menggelar workshop yang menjadi bagian integral dari produksi. Workshop bertajuk “Bertolak dari yang Ada & Teror Mental” dilaksanakan pada 19 Februari 2025, sehari sebelum pementasan dimulai.

“Workshop ini bertujuan untuk mempersiapkan para peserta menghadapi tantangan dalam produksi teater, serta membekali mereka dengan konsep yang penting untuk menjaga semangat dalam mengatasi segala kendala yang muncul selama proses pementasan,” kata Putu Wijaya, penulis dan sutradara “Aduh”.

Putu menekankan pentingnya dua konsep utama dalam proses produksi: Bertolak dari yang Ada, yang mengajarkan para pemain dan kreator untuk selalu beradaptasi dengan kondisi yang ada, serta teror mental, yang mengingatkan tentang pentingnya kesiapan mental dalam menghadapi segala tantangan di dunia teater.

Dengan kedua konsep ini, diharapkan para peserta dapat mengantisipasi kesulitan dan menjadikannya sebagai peluang untuk berkembang, bukan hambatan yang dapat menggagalkan produksi.

Workshop dengan Fokus Pengalaman dan Keterlibatan Langsung dalam Produksi Workshop tersebut melibatkan sekitar 50 peserta, yang dipilih berdasarkan pengalaman mereka di dunia teater, terutama mereka yang sudah memiliki pengalaman minimal 3 hingga 4 tahun sebagai aktor, sutradara, penulis, atau penata artistik.

Workshop ini tidak ditujukan untuk pemula, melainkan untuk mereka yang serius dalam mengembangkan keterampilan dan pemahaman teater.

“Peserta workshop diajak untuk berperan aktif dalam pementasan “Aduh”, seperti yang pernah dilakukan Teater Mandiri dalam perayaan ulang tahun Teater Mandiri ke-40 di GBB TIM,” terang Putu.

Proses workshop terdiri dari dua sesi pada tanggal 19 Februari, yakni selama 3 hingga 4 jam. Setelah itu, para peserta langsung terlibat dalam produksi “Aduh” pada tanggal 20 dan 21 Februari.

Peserta yang berhasil mengikuti workshop mendapatkan e-sertifikat sebagai pengakuan atas partisipasi mereka. Workshop terbuka untuk pegiat teater dari berbagai latar belakang, baik dari dalam Jakarta maupun luar Jakarta.

“Tujuan dari workshop ini adalah untuk menciptakan keterlibatan langsung antara para peserta dan produksi pementasan Aduh. Kami ingin agar mereka merasakan langsung bagaimana proses pementasan berlangsung, sekaligus memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan mentalitas yang diperlukan dalam teater,” terang Putu Wijaya, yang memimpin langsung workshop tersebut.

“Jadi, jangan lewatan kesempatan menyaksikan teater yang penuh makna ini. “Aduh” adalah karya yang akan terus mengingatkan kita bahwa dalam setiap tragedi, ada ironi yang bisa kita tertawakan, dan dalam setiap tawa, ada realitas yang harus kita renungkan,” tutup Adit.

Bagikan ke Media Sosial

Hubungi Admin Jika Ingin Meng-copy Konten Website ini