Puisi-puisi Nunung Noor El Niel
LIBIDO
jika jiwamu gasal maka genapilah
hingga seluruh bahtera dapat
mengarungi janji yang kau
tumpahkan di laut
kebebasan
di sana imajimu akan berlayar menembus
batas ruang dan waktu
tak terhingga
dan kau bersemayam di rahim cakrawala
kelak melahirkan anak-anak sajak
hingga berjejak dan menggaris
di telapak tangan yang selalu
terbuka untuk menjamah
setiap impian agar
jadi kenyataan
: rengkuhlah
Dps 22 08 23
BUSUR
semua itu memang sengaja dan
bukan datang secara
tiba-tiba
ketika malam telah mengepakkan
seluruh sayap-sayap sunyi
melewati batas impian
sebelum fajar
datang
tentang pucuk duri yang meruncing
diraut hingga ketajamannya
menggores setiap resah
tak terbilang
:kucatat dalam lembar malam:
tak perlu membasuh tiap alpa
sebab apa yang telah hilang
lunas menjadi
penyesalan
mendesah atau mengerang
itu bukan lagi
alasan
jika kau tak pernah tahu
cara menyapa dirimu
sendiri
Dps 29 07 23
BOPENG
siang yang diare di perutku
bercerita tentang terik
menguapkan
lenguhan
melahirkan gumaman tentang waktu
yang kuperas di jembangan
wajahku memantulkan
resah
tergelincir, menyisakan sumpah serapah
dari pikiran dan perasaan yang banal
tentang profesinalisme
sebuah pencapaian
membuatku lebih senja dari waktu
tanpa memberimu buah kuldi
untuk kau lahap dengan
sisa imaji
kemudian kau membisikkan sesal
tapi aku terlanjur mengumbar
setiap waktu yang
terabaikan
sebab tak mudah berjalan
dengan tubuh orang lain
harus menyusuri jalan
menyimpan seluruh
kecemasan
menjadi bagian penerimaan
: tanpa alasan
Dps 11 09 23
BIODATA
Nunung Noor El Niel yang terlahir dengan nama Noor El Niel adalah perempuan penyair Indonesia yang saat ini tinggal di Denpasar, Bali. Nunung lahir di Jakarta tanggal 26 September dan menghabiskan masa kecilnya di kota Surakarta, Jawa Tengah, kemudian pindah kemudian ke Bogor hingga tamat SMA.
Menulis puisi bukan hanya menuangkan peristiwa kedalam kata-kata, tapi bagaimana menemukan bahasa dan karekter si penyair itu sendiri dalam kepekaannya terhadap realitas dan peristiwa yang ada di sekitarnya. Tapi bagaimana memberikan ilustrasi dengan mengeksplor kata-kata hingga menghasilkan metafor tapi bisa dipahami oleh pembacanya.
Nunung adalah salah seorang pendiri komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM) dan saat ini aktif sebagai pengurus komunitas, serta juga aktif di komunitas Jatijagat Kampung Puisi (JKP) di Denpasar, Bali.
Karya puisinya sudah diterbitkan dalam enam buku kumpulan puisi tunggal, yaitu Solitude (2012), Perempuan Gerhana (2013), Kisas (2014), Perempaun dan Tujuh Musim (2016), serta Betinanya Perempuan (2019), Sumur Umur (2021)
Puisi-puisinya juga dimuat dalam berbagai buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya, antara lain Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Puisi Menolak Korupsi (2016), Puisi Penyair Kopi Dunia (2016), dan sejumlah antologi lainnya hingga yang terakhir, Mencari Presiden Anti Korupsi (2023), Tercatat puisi-puisi sudah tergabung di dalam 109 buku anntologi puisi bersama.
Puisinya juga pernah dimuat di berbagai media, antara lain,Media Indonesia, Indopost, Jawa Post, Pikiran Rakyat, Analisa Medan, Bali Post, Denpasar Post, Solo Post, serta Majalah elipsis.