PojokTIM – Pelataran kompleks Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM), Cikini, Jakarta Pusat, mulai terang oleh lampu-lampu dari pedagang UMKM yang tengah menggelar bazar kuliner. Keramaian yang tidak terjadi setiap malam semakin lengkap dengan hadirnya panggung tepat di seberang tangga Gedung Ali Sadikin. Dari sanalah suara taganing berasal menandai dimulainya pentas musik Horja Bius dalam Pekan Komponis Indonesia.
“Kali ini Horja Bius tampil dalam program charity untuk keluarga Ismail Marzuki. Ini bentuk kepedulian kami kepada keluarga Ismail Marzuki yang tidak mendapat perhatian dari negara. Sementara nama besarnya dipakai untuk pusat kesenian Taman Ismail Marzuki,” ujar Mogan Pasaribu, pendiri sekaligus vokalis Horja Bius, Selasa (3/9/2024).
Horja Bius adalah kelompok musik (world music) yang konsisten mengangkat mitologi dan ritus masyarakat Batak Toba. Sejak berdiri tahun 2013, Horja Bius telah melakukan pementasan di sejumlah kota di dunia seperti Rotterdam, Amsterdam dan Den Haag di Belanda, Berlin (Jerman), Stockholm (Swedia), Brussels (Belgia), Bastille (Perancis), Sevilla dan Granada (Spanyol).
Horja Bius juga sering berkolaborasi dengan musisi dunia seperti Israel Varela, personel Horja Bius tidak canggung tampil di “panggung kecil”. Mogan dan kawan-kawannya tampak serius namun enjoy memainkan nomor demi nomor musik ciptaannya di depan penonton yang beragam.
“Di samping melestarikan cerita-cerita Batak, Horja Bius juga konsisten menyuarakan persoalan sosial seperti pada lagu Haminjon atau Kemenyan yang bercerita tentang hutan adat di tanah Batak yang memproduksi getah haminjon.Sekarang hutan itu hampir punah karena dijadikan perkebunan untuk industri pulp. Melalui Haminjon, Horja Bius mengabarkan semangat dan perjuangan masyarakat Batak dalam mempertahanan hutan agar kebudayaan di dalamnya tetap terjaga,” terang Mogan.
Dijelaskan Mogan, alat musik yang digunakan Horja Bius terdiri dari taganing (kendang), hasapi (kecapi), sulim (suling), sarune/sarunai, garantung (kulintang), gong, yang modern cuma gitar dan bass.
Sampai saat ini Horja Bius sudah menciptakan empat album. “Di album 1, 2, dan 3, kami masih pakai gitar dan bass. Di album ke-4 kami sudah tanpa gitar dan bass, murni akustik,” terang Mogan.
Terkait lirik lagu-lagu Horja Bius yang khas, Mogan menerangkan, di album pertama, isinya tentang mantra-mantra Batak tua. sedang album kedua dari antologi puisi.
“Album ketiga berisi folklor yang sudah banyak dilupakan, termasuk oleh masyarakat Batak sendiri. Kalau di Jawa seperti lagu Gundul-Gundul Pacul. Kami garap ulang dengan alat yang lebih tradisi,” kata Mogan.
Sementara album keempat pure akustik. “Kami banyak studi dari tembang-tembang original China. Kami kerjakan ulang dengan alat musik akustik murni tanpa gitar dan bass,” tutup Mogan.