Dubes Ekuador Luis Arellano Jibaja berfoto bersama Kelompok Tu7uh Rupa dan seniman lainnya. Foto: akun Facebook Ireng Halimun

PojokTIM – Didasari semangat relasi yang kuat di antara anggotanya, Kelompok Tu7uh Rupa terus menggebrak melalui berbagai pameran seni rupa. Kali mereka menggelar pameran yang dikurasi oleh Anindyo Widito di Koi Kemang. Pameran bertajuk Nice Chemistry dibuka secara langsung oleh Duta Besar Ekuador untuk Indonesia Luis Arellano Jibaja, Kamis (14/8/2025) malam. Pameran akan berlangsung sampai 6 September 2025 .

“Saya merasa tersanjung ketika diminta membuka pameran Nice Chemistry. Program ini sangat sesuai dengan upaya saya selaku Duta Besar dalam membangun dialog dan kerja sama kebudayaan antarnegara,” ujar Luis Arellano

Dalam kesempatan itu Luis menceritakan awal pertemuannya dengan Ketua Kelompok Tu7uh Rupa, Ireng Halimun di mana persahabatannya terus terjaga sampai kini. Menurut Luis, dalam seni lukis Ekuador, tidak ada kelompok seniman yang setara dengan Kelompok Tu7uh Rupa Indonesia. Meskipun ada beragam seniman dengan bermacam aliran seni di Ekuador, namun tidak ada kelompok spesifik dengan nama dan orientasi tersebut yang dapat teridentifikasi.

“Seni rupa di Ekuador, sepanjang sejarahnya, telah menampilkan berbagai wujud juga tren, seperti realisme sosial, seni abstrak, dan seni simbolis. Seniman seperti Oswaldo Guayasamín, Eduardo Kingman, Oswaldo Viteri, Enrique Tábara, dan lainnya, telah berkontribusi terhadap kekayaan dan keragaman seni lukis Ekuador, masing-masing dengan gaya mereka sendiri yang unik,” terang Luis dikenal luas di kalangan seniman Indonesia.

Luis berharap pameran Nice Chemistry ini dapat menjadi titik awal kolaborasi budaya antara seniman Ekuador dan Indonesia, terutama di bidang lukis. “Karena lukis menggunakan bahasa visual yang universal,” kata Sang Dubes.

Sementara dalam sambutannya, Ireng Halimun menjelaskan tajuk Nice Chemistry dipilih sebagai impian akan lahirnya kondisi kimia yang indah dalam komunikasi sesama manusia.

“Baik antara pelukis dengan objek atau subject matter yang dilukiskan maupun antara pelukis dengan para apresiator atau pecinta seni. Lebih penting lagi terbangunnya kondisi kimia yang indah sesama personel di internal Kelompok Tu7uh Rupa, agar memiliki kesamaan misi dan visi demi kepentingan bersama,” harap Halimun.

Pelukis yang pada usia 21 tahun (1986) mengadakan Pameran Tunggal Sketsa di Goethe Institut Jakarta, itu mengakui saat ini banyak muncul peseni baru komunitas seni, organisasi acara seni, dan galeri seni.

“Sayangnya muncul di musim kemarau–pertumbuhan pecinta seni atau kolektor seni yang belum signifikan. Jika karya seni disetarakan dengan suatu produk, tampaknya kini dalam kondisi over supply,” kata Ireng.

Meski demikian, perupa yang terakhir menggelar pameran tunggal di Balai Budaya Jakarta tahun 2022 dengan tajuk Langkah 5inga 7antan sekaligus untuk menandai usianya yang ke 57 tersebut berpesan agar pelukis tidak patah semangat. Ireng mengajak rekan-rekannya sesama perupa untuk terus bergerak dalam menciptakan tren seni lukis (seni rupa) menuju situasi yang diharapkan.

“Dilandasi oleh kesadaran seni-budaya (idealisme) dan upaya meningkatkan taraf ekonomi (komersialisme) Kelompok Tu7uh Rupa: Budi Karmanto DR, Dani Sugara, Ireng Halimun, M Hady Santoso, Mulyana Silihtonggeng, Sri Hardana, dan Yayat Lesmana, akan terus bersemangat dalam berkiprah di dunia seni rupa Indonesia,” tegas Ireng.

Ireng Halimun saat memberikan sambutan. Foto: akun Facebook Wahyu Toveng

Sedang kurator pameran AnindyoWidito, MSn menyebut pameran Nice Chemistry didasari oleh kesadaran bahwa praktik seni rupa tidak pernah berdiri sendiri. Seni selalu terartikulasikan dalam konteks relasional: antara perupa satu dengan yang lain, antara seniman dan subjek karyanya, serta antara karya dan audiens.

“Istilah chemistry dalam diskursus ini digunakan untuk menggambarkan keterhubungan emosional dan intersubjektif yang menjadi fondasi penting dalam proses kreasi kolektif,” ujar akademisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu.

Proses kolaboratif dalam Kelompok Tu7uh Rupa tidak semata-mata didukung oleh koordinasi teknis atau konseptual, melainkan oleh etos saling percaya dan mendukung. Relasi yang terbentuk memperkaya dinamika interaksi kreatif mereka. Chemistry antarperupa bukanlah sesuatu yang instan, melainkan hasil dari proses dialektis yang berkesinambungan dan terbuka terhadap keberagaman pendekatan, bahasa visual, serta pengalaman masing-masing anggota.

“Secara visual, karya-karya dalam pameran ini menampilkan palet warna cerah, bentuk-bentuk ekspresif, serta proliferasi figur binatang yang hadir dalam beragam konteks. Tampilan yang riang dan komunikatif ini melampaui estetika permukaan. Di baliknya, terdapat lapisan makna yang lebih dalam—terutama terkait isu-isu sosial dan kehidupan kontemporer. Gagasan mengenai ekologi, relasi kuasa, nilai-nilai kemanusiaan, serta kegelisahan terhadap realitas social diekspresikan secara halus, simbolik, dan kerap kali ironis,” terang AnindyoWidito.

Namun, Nice Chemistry bukan sekadar soal keselarasan visual atau semangat kebersamaan. Lebih dari itu, ia menegaskan bahwa karya seni berpotensi menjadi medium empatik—yang mampu menjembatani antara diskursus estetika dan kritik, antara keceriaan hidup dan kesadaran sosial, serta antara bentuk yang ringan dan muatan yang mendalam.

“Melalui pendekatan kolektif yang reflektif dan terbuka, Kelompok Tu7uh Rupa menunjukkan bahwa chemistry dalam seni bukan hanya soal kecocokan, melainkan bagaimana setiap individu hadir secara utuh dalam setiap relasi—baik sebagai seniman, maupun sebagai insan kemanusiaan,” ujar AnindyoWidito.

Bagikan ke Media Sosial

Hubungi Admin Jika Ingin Meng-copy Konten Website ini