PojokTIM – Pelaksanaan Pertemuan Penyair Nusantara ke-XIII (PPN XIII) menegaskan kembali posisi Jakarta sebagai Kota Sastra Dunia. PPN XIII juga diharapkan menjadi salah satu poin untuk menaikkan peringkat Jakarta sebagai Kota Global.

“Sekarang status Jakarta sebagai Kota Global menduduki peringkat 74 dunia. Dengan adanya PPN XIII, mudah-mudahan target Pak Gubernur (Pramono Anung) dan Pak Wakil Gubernur (Rano Karno) agar peringkatnya naik menjadi 50 besar dunia di tahun 20230, dapat tercapai,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Provinsi DKI Jakarta Mochamad Miftahulloh Tamary sesaat sebelum membuka PPN XIII di Teater Kecil, kompleks Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM), Jakarta, Kamis (11/9/2025) malam.

Acara pembukaan yang diawali Sapun – tradisi menyambut tamu khas Betawi yang dibawakan oleh budayawan Yahya Andi Saputra, serta pertunjukan Gambang Kromong dari Grup Sinar Muda, juga dihadiri sejumlah tokoh termasuk Ketua Panitia PPN XIII Ahmadun Yosi Herfanda, Kepala PDS HB Jassin Diki Lukman Hakim, Kepala UP PKJ TIM Arif Rahman, serta ratusan penyair dari dalam dan luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura dan Thailand.

Menurut Kadisbud, yang membacakan sambutan Wakil Gubernur, pelaksaaan PPN XIII di Jakarta sangat tepat sebagai momentum untuk menegaskan kembali posisi Jakarta sebagai Kota Sastra dunia, sekaligus Kota Global yang berbudaya.

“Jakarta merasa sangat terhormat menjadi tuan rumah perhelatan besar ini. PPN bukan hanya sekedar forum sastra melainkan juga ruang dialog lintas budaya yang mempertemukan penyair dari berbagai penjuru nusantara, bahkan Asia Tenggara,” kata Tamary.

Kehadiran para penyair di Jakarta membuktikan bahwa sastra memiliki kekuatan untuk menjembatani perbedaan, membangun persahabatan dan menyatukan umat manusia. Sejarah panjang Jakarta memperlihatkan bahwa seni dan budaya selalu tumbuh bahkan di tengah tantangan. Dari seni tradisi Betawi sampai perkembangan seni modern, Jakarta senantiasa menjadi ruang kreasi dan inspirasi.

“Bagaimana dialek Betawi yang dulu diangap lokal, kini dikenal luas, lintas generasi berkat karya populer Si Doel Anak Betawi. Inilah bukti kebudayaan memiliki daya jelajah yang melampaui sekat etnis, bahkan geografis,” katanya.

Tamary berharap PPN tidak hanya menjadi ajang pertemuan penyair tetapi juga melahirkan kolaborasi baru, karya-karya besar, dan menjalin persahabatan yang semakin kuat di antara bangsa-bangsa. “Mari kiat rawat kebersamaan, perkuat persaudaraam dan terus nyalakan api kebudayaan lewat puisi dan karya sastra,” ajak Tamary

Kadisbud Jakarta Mochamad Miftahulloh Tamary memukul gong sebagai tanda dimulainya pelaksanaan PPN XIII. Foto: PojokTIM

Sebelumnya, Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Bambang Prihadi mengatakan lembaganya memiliki tugas menumbuhkan. membina, mengembangkan, meningkatkan, menguatkan ekosistem kesenian di Jakarta. Meski memiliki identitas Jakarta, namun sesungguhnya DKJ berdiri sebagai lembaga kesenian yang cakupannya nasional, bahkan internasional.

“Terdapat 50 program DKJ, yang berasal dari setiap komite, berskala internasional, nasional, dan lokal yang usianya penyelenggaraannya antara 10-50 tahun. Salah satu program yang bersifat internasional adalah Jakarta International Literary Festival. Program ini yang mendorong Jakarta sebagai Kota Sastra. Ada juga Djakarta International Theater Platform, Jakarta Biennale yang pertama kali diadakan tahun 1974, dan lain-lain,” terang Bengbeng, sapaan akrab Bambang Prihadi.

Untuk program skala nasional, lanjut Bambang, ada Pidato Kebudyaaan, Sayembara Novel, Sayembara Manuskrip Puisi, Cerpen dan Esai. Banyak novelis dan cerpenis besar yang lahir dari ajang tersebut.

“Sedang untuk tingkat Jakarta, kita memiliki program Festival Tetaer Jakarta yang menjadi candradimukanya sejumlah aktor ternama seperti Deddy Mizwar dan Abidin Domba. Oleh karenanya penting bagi DKJ untuk mendorong terlaksananya PPN XIII sebagai bagian dari strategi menguatkan Jakarta sebagai Kota Global yang Berbudaya dan Bersahaja,” tegas Bengbeng yang mengakhiri sambutannya dengan pembacaan puisi berjudul Catatan Kecil untuk Radhar Panca Dahana.

Peserta pembukaan PPN XIII. Foto: PojokTIM

Dukungan pelaksanaan PPN XIII di Jakarta juga datang dari Kementerian Kebudayaan. Direktur Bina SDM, Lembaga dan Pranata Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI, Irini Dewi Wanti menegaskan PPN adalah forum sastra yang melampaui batas negara, bahasa, dan budaya. Bagi Indonesia kesempatan menjadi tuan rumah PPN XIII adalah sebuah kehormatan yang tidak ternilai.

“Kepercayaan yang diberikan oleh perwakilan dari negara-negara kawasan Asia Tenggaran, bahkan dari benua lain, menandakan bahwa sastra nusantara bukan sekedar milik bangsa melainkan bagian dari denyut kultural dunia,” kara Irini.

Pembukaan PPN XIII juga dimeriahkan oleh tembang puitik dari pianis internasional Ananda Sukarlan mengiringi soprano muda Ratnaganadi Paramita, serta pembacaan puisi oleh penyair dalam dan luar negeri seperti Dr Haryati Abd Rahman (Malaysia) Samsudin Said (Indonesia), LK Ara (Aceh), Sutardji Calzoum Bachri (Riau), Helvy Tiana Rosa (Jakarta) dan Imam Ma’arif (Jakarta).

Bagikan ke Media Sosial

Hubungi Admin Jika Ingin Meng-copy Konten Website ini