Peserta PPN XIII berfoto dengan latar tugu Munomen Nasional. Foto: PojokTIM
PojokTIM – Pertemuan Penyair Nusantara ke-XIII (PPN XIII) di Jakarta, 11-14 September 2025, menghasilkan 8 poin rekomendasi yang cukup komprehensif baik ke dalam maupun ke luar. Salah satu poin terpenting adalah menolak penggunaan aplikasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (IA).
“Penyair Nusantara mendorong orisinalitas karya tanpa bantuan kecerdasan buatan (AI),” tulis poin G dalam surat rekomendasi yang dikeluarkan tanggal 12 September 2025.
Surat rekomendasi ditandatangani Ahmadun Yosi Herfanda, Mustafa Ismail, Imam Ma’arif, Anwar Putra Bayu, dan Maman S Mahayana dari Indonesia serta Samsudin Said (Singapura), Zefri Arieff (Brunei Darussalam), Nurhayati Abd. Rahman (Malaysia) dan Muniroh Bachoh (Thailand).
Poin lain yang cukup penting adalah perubahan nama dari PPN menjadi Festival Puisi Nusantara (Nusantara Poetry Festival). Menurut Anwar Putra Bayu, perubahan nama tersebut untuk mendorong agar FPN menjadi pertemuan karya (puisi), bukan orang (penyair).
“Dengan perubahan nama PPN menjadi FPN maka sama dengan membuka pintu bagi pelibatan kaum muda secara lebih luas karena yang dipertemukan karya. Jangan lupa, banyak penyair senior yang dalam sebuah lomba cipta puisi dikalahkan oleh karya anak muda. Ini realitas yang harus kita terima dan diakomodir sehingga FPN bisa menjangkau kalangan muda,” terang penyair senior dari Palembang itu kepada PojokTIM, di Plasa Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM), Minggu (14/9/2024) malam.
Terkait perdamaian dan persaudaraan yang menjadi tema PPN XIII, diakomodir dalam poin B dan D. Sementara usulan adanya Hari Puisi Nusantara (HPN) belum dapat diputuskan karena masih menunggu kajian akademis.
Selain rekomendasi, tim perumus juga memutuskan beberapa poin penting. Dalam kata pengantarnya disebutkan, pengembangan sastra, khususnya puisi Nusantara, sangat penting untuk memajukan peradaban, mempererat persaudaraan, dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perhatian pada masalah-masalah kemanusiaan, persahabatan bangsa serumpun, dan sikap saling menghormati demi terciptanya suasana yang damai dan kehidupan yang harmonis antar masyarakat negara-negara di kawasan Nusantara.
Berikut keputusan dan rekomendasi PPN XIII selengkapnya:
KEPUTUSAN
- Tuan rumah pelaksana PPN sebaiknya memaklumkan tarih PPN paling lambat enam bulan sebelum hari pelaksanaan. Jika ada perubahan tarih pelaksanaan PPN sebaiknya panitia pelaksana memaklumkannya paling lambat tiga bulan sebelumnya.
- Kegiatan PPN hendaknya meiiputi seminar, pertunjukan baca puisi, penerbitan buku antologi puisi para peserta dan workshop penulilsan serta baca puisi luntuk peminat sastra setempat.
- Panitia pelaksana PPN akan menetapkan kuota resmi untuk masing-masing negara peserta secara fleksibel.
- Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) XIV sebagai tuan rumah adalah Aceh pada tahun 2026. Kami juga memberikan aprèsiasi kepada Palembang yang mengusulkan sebagai tuan rumah namun karena baru beberapa tahun silam menjadi tuan rumah sehingga akhirnya keputusan tuan rumah PPN XIV adalah Aceh.
- Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) XV akan dilaksanakan tahun 2027. Tuan Rumah PPN XV adalah Brunei Darussalam.
- Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) XVI akan dilaksanakan tahun 2028. Tuan Rumah PPN XVI adalah Makasar.
- Tuan rumah pelaksana PPN sebaiknya mengabarkan kepada publik agenda PPN paling lambat enam bulan sebelum hari pelaksanaan. Jika ada perubahan agenda pelaksanaan PPN sebaiknya panitia pelaksana mengabarkannya paling lambat tiga bulan sebelumnya.
- Kegiatan PPN hendaknya meliputi seminar, pertunjukkan baca puisi, penerbitan buku antologi puisi para peserta, dan workshop penulisan serta baca puisi untuk peminat sastra setempat.
- Panitia pelaksana PPN akan menetapkan kuota resmi untuk masing-masing negara peserta secara fleksibel.
REKOMENDASI
- Menetapkan perubahan nama Pertemuan Penyair Nusantara menjadi Festival Puisi Nusantara (Nusantara Poetry Festival).
- Mendorong keterlibatan penyair Nusantara pada spirit perdamaian dan persaudaraaan.
- Para penyair Nusantara mendorong terciptanya ekosistem perpuisian di kawasan negara-negara yang menggunakan Bahasa Indonesia/Melayu
- Penyair Nusantara menolak sekaligus mengutuk kekerasan dan hak asasi manusia di muka bumi, secara khusus yang terjadi di Gaza, Palestina.
- Perlu kajian akademis tentang Penetapan Hari Puisi Nusantara.
- Penyair Nusantara mendorong penguatan kreativitas dan produktivitas para penyair muda dan melibatkan mereka dalam Pertemuan Penyair
- Penyair Nusantara mendorong orisinalitas karya tanpa bantuan kecerdasan buatan (ΑΙ).
- Penyair Nusantara saling membantu promosi, menerbitkan, dan membicarakan karya lintas negara di kawasan Asia Tenggara.