PojokTIM – Matahari senja perlahan memeluk tugu Monumen Nasional (Monas). Semburat sinar jingga menebar kerinduan dan romantisme purba. Orang-orang duduk seperempat lingkaran, dan sebagian lainnya berbaring di atas rerumputan di depan patung Chairil Anwar yang tampak kesepian.
Wajah-wajah semringah setelah menikmati lanskap Jakarta dari puncak Monas, perlahan mengendur berselimut kenangan, dan jerit dari ruang-ruang tak tersentuh. Menjadi metafora dalam larik-larik puisi yang dibacakan dengan ragam ekspresi; teaterikal dan sedu-sedan. Dari protes atas kondisi yang sedang tidak baik-baik saja sampai seruan perdamaian di tanah yang jauh. Dari semangat persaudaraan hingga pedih tak terperi.
“Suasananya indah dan cantik,” puji Muniroh Bachoh, remaja asalah Pattani, Thailand,yang hadir menikmati pembacaan puisi di Taman Chairil Anwar, Monas, Jakarta, Sabtu (13/9/2025). Muniroh adalah peserta Pertemuan Penyair Nusantara ke-XIII (PPN XIII) di Jakarta yang berlangsung 11-14 Septeber 2025. Puisinya yang berjudul Bahasa Bangsaku lolos kurasi dan diikutkan dalam buku antologi Layang-Layang Tak Memilih Tangan.
Pembacaan puisi di Taman Chairil Anwar seperti pelepas dahaga bagi puluhan penyair dari berbagai daerah. Mereka tampil penuh ekspresi sambil mengajak Chairil Anwar “berbincang”. Penyair yang tampil membacakan puisinya antara lain Mahwi Airtawar, Nunung Noor El Niel, Giyanto Subagio, Dyah Kencono Puspito Dewi, Julia Basri, Nanang R Supriyatin, Narima Beryl Ivana, Emi Suy, Marlin Dinamikanto, Deddy Tri Riyadi, Muhammad Daffa dan lain-lain.
“Puisi itu bukan sekedar luapan ekspresi namun juga membuat kita mampu menahan terik matahari, mampu menjalin persahabatan dan persaudaraan di tengah ragam perbedaan sesuai tema PPN XIII,” ujar Ketua Simpul Seni Dewan Kesenian Jakarta Aquino Hayunta saat membuka acara pembacaan puisi di Taman Chairil Anwar.
Aquino menegaskan, puisi bukan sekedar omon-omon, tapi jeritan kalbu yang telah mengalami proses perenungan dan penulisan yang baik sehingga memiliki keindahan dan juga makna mendalam. Aquino berharap pertemuan-pertemuan semacam itu dapat kembali digelar di waktu lain.
“Semoga kita dapat bertemu kembali dalam suasana yang lebih baik,” ujar Aquino.
Selepas wisata Monas dan pembacaan puisi, peserta langsung menuju kantor Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah di daerah Rawamangun, Jakarta Timur untuk mengikuti acara penutupan PPN XIII.