Kondisi banjir di Sumatera. Foto: VOA Indonesia
PojokTIM – Indonesia tengah menghadapi duka mendalam setelah banjir bandang dan longsor melanda Pulau Sumatera, akhir November 2025 lalu. Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB merilis, per 4 Dsesembar 2025, jumlah korban meninggal mencapai 836 jiwa dengan rincian di Sumatera Utara 311 jiwa, Sumatera Barat 200 jiwa, dan Aceh 325 jiwa. Sementara masih ada ratusan korban hilang di tiga provinsi tersebut.
Banjir bukan hanya menelan korban jiwa, namun juga menimbulkan kerusakan yang luas, mulai dari rumah-rumah warga hingga fasilitas publik seperti jembatan, sekolah, dan akses jalan yang terputus. Tim SAR gabungan bersama relawan masih bekerja membuka akses ke desa-desa yang terisolasi dan membantu lebih dari seratus ribu warga terdampak yang kini mengungsi. Gambaran lapangan menunjukkan kerusakan besar pada infrastruktur dasar, keterbatasan suplai bahan pangan, air bersih, dan dukungan medis darurat—sebuah situasi yang membutuhkan uluran tangan seluruh masyarakat.
Dalam suasana duka yang menyelimuti Sumatra inilah sejumlah sastrawan dan pegiat literasi menghimpun solidaritas melalui inisiatif “Puisi bagi Korban Bencana Sumatera”. Gerakan ini mengajak masyarakat luas untuk berpartisipasi mengirimkan puisi dan ilustrasi yang akan diterbitkan menjadi buku digital serta cetakan terbatas. Melalui penjualan dan donasi, seluruh hasil penerbitan akan disalurkan untuk membantu korban bencana, termasuk seniman dan sastrawan di wilayah-wilayah terdampak.
Inisiatif ini diprakarsai oleh sastrawan Ahmadun Y. Herfanda, Mustafa Ismail, Iwan Kurniawan, Dedy Tri Riyadi, dan Rintis Mulya, serta melibatkan sejumlah komunitas literasi dan platform budaya seperti Info Sastra, litera.co.id, Tinemu.co, dan Lingkar Sajak. Para penggagas menegaskan bahwa kegiatan ini bersifat sukarela, tidak ada honorarium bagi kontributor, dan seluruh proses dikerjakan secara gotong-royong.
Ahmadun Y. Herfanda menegaskan bahwa karya sastra dapat menjadi medium penyintas untuk tetap merasa didampingi. “Di tengah kehancuran seperti ini, kata-kata bukan sekadar estetika. Ia adalah jembatan empati. Puisi selalu hadir bukan untuk menambal luka, tetapi untuk mengatakan bahwa kita hadir bersama mereka,” ujarnya.
Iwan Kurniawan menekankan pentingnya akuntabilitas publik. “Setiap bantuan adalah amanah. Kami akan memastikan laporan penyaluran donasi dipublikasikan secara berkala dan transparan. Seni dalam kegiatan ini bukan tujuan akhir—ia adalah pemantik untuk menggerakkan solidaritas nyata.”
Sementara itu, Rintis Mulya, yang mengoordinasikan pengelolaan karya dan donasi, menambahkan, “Partisipasi bisa dalam bentuk karya maupun donasi. Bagi yang tidak sempat menulis, berdonasi langsung adalah cara mudah untuk turut membantu. Kita ingin bergerak cepat, namun tetap tertib dan dapat dipertanggungjawabkan.”
Agar publik dapat terlibat secara luas, panitia menetapkan persyaratan teknis sederhana. Untuk kategori puisi, setiap peserta dapat mengirim maksimal dua puisi, baik yang baru maupun yang pernah dipublikasikan, selama relevan dengan tema “Bencana Suatu Ketika”. Karya dikirim dalam format Microsoft Word (DOC) dengan panjang maksimal satu halaman A4 per judul. “Tidak harus puisi baru, tapi juga boleh puisi lama yang pernah disiarkan di medium apa pun,” tambah Mustafa Ismail, salah satu kurator.

Untuk kategori ilustrasi, panitia membuka partisipasi dari para perupa dan ilustrator di seluruh Indonesia dengan ketentuan ilustrasi hitam-putih, berukuran maksimal 14 × 20 cm, dikirim dalam format JPG, dengan jumlah maksimal 10 ilustrasi per kontributor. Seluruh karya dikirimkan melalui tautan resmi panitia di tinyurl.com/puisipeduli paling lambat Jumat, 5 Desember 2025. Tim kuratorial akan melakukan seleksi karya, dan hasilnya diumumkan pada 8 Desember 2025 melalui akun Instagram @InfoSastra.
Buku “Puisi bagi Korban Bencana Sumatera” akan diterbitkan dalam dua bentuk: versi digital (PDF) yang dapat diakses luas, serta edisi cetak terbatas melalui sistem print-on-demand. Seluruh dana, baik dari penjualan maupun donasi langsung, akan disalurkan sepenuhnya untuk mendukung kebutuhan korban atau penyintas bencana. Bagi masyarakat yang ingin berdonasi tanpa mengirim karya, panitia menyediakan rekening BRI 387 301 020 438 538 atas nama Rintis Mulyaning Ati, dengan konfirmasi bukti transfer melalui WhatsApp 0858 10000 646.
Dedy Tri Riyadi, inisiator lainya, mengatakan gerakan ini bukan hanya menjadi bentuk ekspresi kolektif, tetapi juga menjadi aksi nyata yang mampu meringankan beban para korban. Melalui puisi, ilustrasi, dan donasi yang terkumpul, publik dapat mengambil bagian dalam proses pemulihan panjang yang harus dilalui Sumatra.





