Riri Satria bersama almarhum Tatan Daniel (kanan). Foto: Dok. Riri Satria
In-Memoriam Tatan Daniel
Oleh: Riri Satria
Bang, cepat kali engkau pergi. Sungguh kabar kepergianmu membuat saya dan para sahabatmu lainnya yang sangat banyak itu sangat berduka. Rasanya kami semua sepakat, Abang adalah orang baik, penuh prinsip, sikap, dan berdedikasi dalam memperuangkan kepentingan para seniman, terutama di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Bang, ketika menulis catatan singkat ini tentang dirimu, aku masih berduka. Tidak tahu aku harus mulai dari mana menulisnya. Rasanya banyak sekali yang ingin aku tulis. Tetapi baiklah, aku tulis yang penting-penting saja ya Bang.
Pertama, terima kasih banyak Bang sudah mau menuliskan ulasan singkat tentang buku kumpulan puisi tunggal aku “Metaverse” yang terbit tahun 2022, pas saat aku merayakan Ulang Tahun ke-52. Saat itu bahkan Abang bersedia menjadi salah satu narasumber untuk membahas buku itu. Saya mendengarkan dengan seksama semua ulasan Abang, baik yang mengapresiasi maupun yang mengkritik memberikan masukan atau gagasan dalam perspektif lain.
Kedua, kita sering terlibat diskusi panjang soal Revitalisasi Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Bahkan beberapa kali kita bicara lewat telepon lebih dari satu jam! Saya menjelaskan konsep BOT atau Build Operate Transfer kepada Abang yang menjadi landasan berpikir strategi Revitalisasi TIM. Sebagai orang yang lumayan paham soal ini, aku sering memberikan masukan kepada Abang supaya Gerakan SaveTIM menjadi semakin terkonsep dan terarah. Intinya, saya berprinsip sama dengan Abang bahwa TIM harus dikelola sebagai sebuah ekosistem kesenian, bukan ekosistem ekonomi dan bisnis. Dengan demikian, konsep BOT ini harus diwaspadai dan dikritisi.
Ketiga, terima kasih atas dukungan moral dari Abang kepada aku. Abang sering mengatakan bahwa dunia sastra Indonesia butuh orang seperti Riri Satria untuk secara konsisten memberikan masukan kepada para sastrawan supaya dapat mengikuti perkembangan zaman teknologi digital, kecerdasan buatan, sustainable development growth, serta mengawal peradaban Masyarakat Cerdas 5.0 yang mulai terasa membentuk digital human. “Itulah tugas utama Riri di dunia sastra!” demikian Abang menegaskan kepada aku berkali-kali.
Keempat, kita beberapa kali berdiskusi soal perlukah Indonesia memiliki Kementerian Kebudayaan tersendiri sebagai manifastasi dari Undang – Undang No.5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Kita ada sedikit beda pendapat di sini soal teknis dan rincian, namun secara prinsip kkita sepakat bahwa Indonesia memiliki Kementerian Kebudayaan tersendiri.
Abang pernah berkata, “Aku senang ada kau main-main di TIM ini Ri! Aku jadi punya sparring partner diskusi yang intelektual.” Ah, rasanya itu sebuah pujian dari Abang untuk saya. Tetapi saya dapat melihat dari raut wajah Abang, bahwa Abang mengatakan dengan tulus. Itu juga yang membuat aku selalu siap jika abang ngajak ngobrol soal apapun, terutama konsep BOT dalam Revitalisasi TIM.
Bang, aku ingin sekali mengantarmu ke tenpat peristirahatan terakhir, sekaligus memberikan penghormatan terakhirku. Namun apa daya, ada agenda lain yang tak bisa aku tinggalkan. Aku munajatkan doa terbaik untuk Abang, kulafazkan Al-Fatihah untuk Abang, lalu kubacakan sebuah puisi dari buku puisimu “Pada Suatu Hari yang Panjang”.
Hari-hari yang panjang itu sudah engkau lewati dengan baik Bang, sudah banyak yang baik yang Abang perjuangkan. Saatnya Abang beristirahat dengan tenang. Semua yang Abang lakukan akan tetap dikenang oleh kami yang sangat mengenalmu.
Oh ya Bang, aku masih ingat ucapanmu pada kesaksian untuk mengenang sahabat yang telah pergi pada Tahlil Budaya II, 29 Oktober 2021 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki Jakarta. “Kita belajar dari semua sahabat yang sudah mendahului kita tentang semangat dan dedikasi perjuangan. Salah satunya Yoevita Soekotjo, seorang perempuan penyair yang di saat sakitnya yang akut masih menyempatkan diri datang ke TIM dan melantangkan suaranya yang peduli terhadap TIM sebagai rumah berkesenian dan kebudayaan.”
Jadi, jika nanti Abang ketemu Yoevita nanti di alam sana, sampaikanlah salamku kepadanya. Abang dan Yoevita sudah berpuisi di keabadian, sementara aku dan sahabat lainnya di sini masih di kefanaan.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun.
Selamat jalan Bang Tatan Daniel. Aku bersaksi bahwa Abang adalah orang baik.
Jakarta, 19 Oktober 2024
Catatan Redaksi: Tatan Daniel meninggal dunia pada Sabtu, 19 Oktober 2024 pukul 14.02 di RS Husada Jakarta Pusat, Redaksi dan seluruh staf PojokTIM mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya. Semoga amal ibadahnya menjadi penerang jalan menuju Tuhannya, dan keluarga yang ditinggalkan ttabah dan tawakal menerimna cobaan ini.