PojokTIM –Ekonomi dan politik menjadi panglima selama sepuluh tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo sehingga seharusnya pencapaian tertingginya adalah melahirkan generasi unggul yang kompetitif dan berkualitas, menjadi pegas terbesar pertumbuhan ekonomi kompetitif global. Namun, kenyataan menunjukkan data-data rendahnya kualitas manusia Indonesia,
Oleh karenanya, mampukah di era Presiden Prabowo dan dengan hadirnya Kementerian Kebudayaan, kebudayaan di masa depan menjadi panglima daya hidup bangsa bersama ekonomi dan politik?
Pertanyaan itu disampaikan Garin Nugroho dalam Pidato Kebudayaan “Balas Budi untuk Rakyat” yang digelar Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) di Graha Budaya Jakarta, Minggu (10/10/2024) yang dihadiri Wakil Menteri Kebudayan Giring Ganesha, pejabat terkait serta ratusan seniman, budayawan dan sineas tanah air.
Mengutip World Population Review, Garin mengemukakan, tingkat IQ Indonesia berada di peringkat ke-130 dari 199 negara, bahkan di bawah Vietnam, Kamboja, dan Myanmar. Memang metode penelitian masih patut dipertanyakan, tetapi setidaknya dari sini kita mendapatkan sedikit gambaran. Food and Agriculture Organization (FAO) juga menempatkan Indonesia pada tingkat kelaparan nomor 3 di Asia, sementara Timor Leste nomor 1 dan Laos nomor 2.
“Dalam hal penguasaan kemampuan berhitung dan membaca, Indonesia masih kalah dari Vietnam, Malaysia, dan Thailand. Kualitas pendidikan kita juga berada pada urutan ke-54 dari 77 negara, di bawah Thailand dan Malaysia, disertai tingkat literasi rendah yakni ke-60 dari 61 negara,” papar sutradara film Guru Bangsa Tjokroaminoto tersebut.
Masih menurut Garin, indeks produktivitas tenaga kerja Indonesia juga cukup memprihatinkan karena hanya mencapai peringkat ke-5 di ASEAN, di bawah Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand, alias di bawah rata-rata negara ASEAN.
“Pemerintah baru dihadapkan pada berbagai persoalan, seperti penyanderaan hukum, kompleksitas penegakan hukum, ketergantungan ekonomi terhadap utang luar negeri, serta dominasi oligarki politik,” tegas Garin.
Menurut Garin, kebudayaan dalam arti luas adalah cara berpikir, bertindak, dan bereaksi suatu bangsa, berbasis pada peta-peta sosial, ekonomi, budaya, hingga politik yang berubah dalam setiap periode zaman. Suatu ekosistem yang menuntut strategi budaya yang terus diperbarui seiring dinamika zaman. Strategi budaya yang menjadikan filosofi berbangsa menjadi etos kerja menghidupi warga.
Dalam strategi tersebut terdapat kebijakan politik dengan payung hukumnya, sistem keuangan dan manajemen keuangan, serta pengelolaan berbagai sumber dana, guna memastikan program-program budaya mampu memiliki daya hidup di berbagai aspek kehidupan berbangsa.
Kerja strategi kebudayaan juga mengandung kata penting, yakni imajinasi, sebuah proses membayangkan, mengabstraksi, memetakan, dan sekaligus membaca ke depan, sebuah semangat menerobos segala situasi dan kondisi yang menghalangi. Pada gilirannya, para pemimpin yang unggul senantiasa dituntut untuk memiliki daya imajinasi yang kuat, meskipun dalam kondisi dan situasi seburuk apa pun, senantiasa dituntut untuk mampu dengan daya imajinasi melakukan terobosan untuk bangsa ke depan.
“Imajinasi akan dihidupkan menjadi kerja nyata lewat strategi budaya,” urai Garin.
Sebelumnya, dalam sambutannya Ketua Harian DKJ Bambang Prihadi mengatakan, Pidato Kebudayaan adalah peristiwa penting sebagai bahan renungan dari seorang budayawan atau pemikir budaya atas situasi dan kondisi mutakhir.
Kegiatan seperti ini awalnya bernama ceramah budaya dan pidato kesenian. Mulai tahun 1989 menjadi agenda utama TIM yang ditradisikan oleh Dewan Kesenian Jakarta setiap jelang akhir tahun, tepatnya pada hari ulang tahun Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki 10 November. Dan mulai tahun ini DKJ mengukuhkannya sebagai puncak dari rangkaian hari ulang tahun PKJ TIM yang ke-56,” terang Bambang.
Menurut Bambang, Pidato Kebudayaan dibayangkan sebagai oase atau suara jernih dari Cikini yang merujuk pada pandangan Umar Kayam tentang makna pusat kesenian sebagai mata air yang mengaliri air jernih ke segala penjuru negeri ini dan menjadi sumber inspirasi bagi para pegiat seni budaya dan masyarakat luas.
Sementara Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang tidak sempat hadir, mengirimkan sambutan dalam bentuk video. Politisi Partai Gerindra itu kembali menegaskan bahwa keberagaman budaya Indonesia adalah yang terkaya di dunia.
“Indonesia layak menjadi Ibu Kota Budaya Dunia. Kementerian Kebudayaan akan senantiasa memastikan setiap seni budaya dan kebudayaan yang ada mendapat perhatian serius pemerintah,” ujar Fadli Zon.