PojokTIM – Semangat kesetaraan yang digaungkan RA Kartini tidak boleh padam. Kemajuan di bidang apa pun saat ini, tidak terlepas dari peran perempuan. Oleh karenanya, para penggiat seni budaya dan sastra harus menjadi lokomotif dalam menyuarakan pentingnya kesetaraan dalam berkarya.
Dalam semangat itulah Komunitas Obor Sastra menggelar silaturahmi literasi dengan berbagai komunitas seni budaya se-Jabedetabek, Senin (22/4/2024) sore. Kegiatan yang diselenggarakan di kediaman Ketua Umum Komunitas Obor Sastra Halimah Munawir itu sekaligus untuk memperingati Hari Kartini.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman komunitas serta penggiat seni budaya dan sastra yang menyempatkan hadir dalam acara silatuhami ini sekaligus memperingati Hari Kartini,” ujar Halimah.
Penulis novel Padmi itu berharap, silaturahmi antar penggiat kebudayaan dapat dijaga dan diisi dengan kegiatan berkesenian tanpa membeda-bedakan antara seni tradisi dengan seni modern.
“Keduanya adalah jati diri bangsa yang harus terus dilestarikan dan dikembangkan agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang sehingga mereka tidak tercerabut dari akar budayanya,” tegas Halimah. Secara khusus, pada acara itu Halimah memberikan kesempatan kepada komunitas seni tradisi untuk tampil bersama sejumlah penyair yang membacakan puisi-puisi terbaiknya.
Komunitas Obor Sastra, menurut Halimah, awalnya didirikan di Banyuwangi pada Januari 2024, dengan tujuan mempromosikan kegiatan budaya lokal. Saat ini Komunitas Obor Sastra telah berkembang dan memiliki pengurus di berbagai daerah.
Halimah Munawir. Foto: Ist
Sementara menurut Rini Intama, yang mewakili Obor Sastra se-Jabodetabek, organisasinya juga aktif dalam program penerbitan buku dengan muatan budaya lokal dan mengadakan sayembara penulisan puisi untuk mendorong kreativitas sastrawan muda.
“Acara silaturahmi literasi ini merupakan ajang yang penting bagi para pelaku sastra dan seni untuk saling berinteraksi, berbagi ide, dan mempererat ikatan persaudaraan,” ujar Rini Intama.
Etika dalam Budaya
Di tempat yang sama, pengamat dan kritikus sastra Maman S. Mahayana, mengingatkan pentingnya kesadaran beretika dan berbudaya bagi para sastrawan dan seniman. Tanpa itu, maka dia akan cenderung menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan dalam karyanya.
“Etika menjadi sangat penting bagi seorang sastrawan karena ia melandasi karya,” ujar Maman.
Maman juga menyoroti pentingnya kajian sebagai landasan karya sastra yang berkualitas. Terlebih di tengah kemudahan penyair dan sastrawan mempublikasikan karyanya akibat kemajuan teknologi.
“Setiap orang bisa berkarya dan mempublikasikan. Tidak masalah. Tetapi tetap dibutuhkan kajian oleh kritikus atau pemerhati karya sastra, agar diketahui kualitasnya,” ujar Pembina Komunitas Obor Sastra itu.
Sebab, lanjut Maman, karya sastra seperti puisi bukan sekadar teks, tetapi juga sebuah pementasan yang dapat memikat hati dan jiwa para penikmat sastra.
Acara silaturahmi yang diselenggarakan Komunitas Obor Sastra dihadiri sejumlah penyair dan penggiat budaya seperti Dyah Kencono Puspito Dewi, Badri Adalah Badri, Jack Al-Ghazali, Nuyang Jaimee, Nunung Noor El Niel, Lili Multiliani, Rissa Churia, Erna Winarsih Wiyono, Wig SM, Putra Gara, Amin Kamil, Ical Vrigar, Khairani Piliang, Romi Sastra, Rita Jassin, Nurhayati, Eki Thadan, Dyah Kencono, Ireng Halimun dan Diana Prima Resmana. Hadir pula rekan-rekan perupa dari Rumah Budaya HMA.
“Komunitas Obor Sastra silaturahmi ini dapat mempererat hubungan antar pelaku sastra dan seni, serta memperkaya dunia sastra dan seni di Indonesia. Semoga juga bisa menginspirasi generasi muda dalam mencintai dan mengembangkan sastra dan seni sebagai bagian penting dari budaya bangsa,” tutup Halimah Munawir kepada pojoktim.com
Halimah Munawir dikenal sebagai penulis, pebisnis dan pegiat seni budaya yang memiliki kepedulian tinggi terhadap dunia literasi, budaya tradisi dan pendidikan. Selain itu Halimah juga merupakan owner Rumah Budaya HMA, CEO PT Dian Rimalma Pratama (DRAP), Wakil Ketua DPD DKI Ikatan Pengusaha Wanita Indonesia (IWAPI), anggota Koperasi Pengusaha Wanita Indonesia (Kowapi), dan anggota Mitra Seni Indonesia (MSI).