PojokTIM – Pekan Komponis Indonesia 2025 menghadirkan program yang sangat beragam. Mengusung tema Activating the Ecosystem, hajatan andalan Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) itu, juga menghadirkan pementasan musik dari komponis senior Indonesia hingga diskusi musik

“Untuk diskusi musik, secara khusus kita menghadirkan komponis Septian Dwi Cahyo yang akan membahas karya berbasis literasi dari puisi Sitor Situmorang serta memperkenalkan perkembangan microtonality dalam musik kontemporer,” ujar Ketua Komite Musik DKJ Muhammad Arham Aryadi, Selasa (16/9/2025) melalui aplikasi pesan singkat.

Pekan Komponis Indoensia digelar di Teater Wahyu Sihombing kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, 15-21 September 2025 pukul 16.00-22.00 WIB, Selain diskusi, juga menghadirkan The Literary Muse & Senior Recital Series.

The Literary Muse adalah kontes pementasan lima komponis terpilih dari Jakarta, Bogor, Bandung, Pekanbaru, dan Ende. Masing-masing komponis menciptakan dua karya baru: satu merespons isu literasi dan satu lagi berakar pada latar belakang musikal mereka,” terang Arham.

Sedang Contemporary Music for Kids, menurut Arham merupakan edukasi yang mengusung musik kontemporer untuk anak-anak dan remaja (6–17 tahun) melalui permainan bunyi dan komposisi kolektif.

Program yang paling dinanti tentu saja Senior Recital Concert. Pementasan musik dari komponis senior Indonesia itu menghadirkan kesinambungan tradisi musik kontemporer dari generasi ke generasi.“Pada Pekan Komponis Indonesia 2025, kita menghadirkan komponis senior Dody Satya Ekagustdiman. Saya harap masyarakat, khususnya penikmat musik, dapat hadir dan menikmati konser resital langka ini. Tidak perlu merogoh kocek karena kita persembahkan secara gratis,” ajak Arham.

Untuk diketahui, dikutip dari berbagai sumber, Dody Satya Ekagustdiman adalah seniman senior yang sudah malang melintang di ranah seni musik Sunda dengan eksplorasinya sejak era 80-an. Dengan instrumen kacapi, karya yg dimainkan seolah merepresentasikan waktu, latar belakang, karakter, idealisme kebebasan berekspresi hingga filosofi Sunda berdasarkan pengalaman empiris.

Dody lahir di Bandung, 1 Agustus 1961. Dody mendalami seni karawitan secara formal di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia Bandung dan Akademi Seni Tari Indonesia Bandung. Tahun 1991, Dody mendapat beasiswa Deutscher Akademischer Austauschdiens untuk program Aufbaustudium di MusikHochSchule Freiburg im Braischgau, Jerman.

Dody juga aktif mengikuti sejumlah masteclass dan workshop, di antaranya Zwischen Ost und West oleh Dieter Mack dan Slamet Abdul Syukur selama 3 bulan di Goethe Institut Staufen Freiburg, Jerman. Saat melanjutkan pendidikan di Jerman, Dody berkesempatan belajar komposisi musik dengan bimbingan Mesías Maiguashca dan Mathias Spahlinger.

Karya-karyanya telah tampil di sejumlah festival hingga tingkat internasional. Beragam penghargaan pun telah diraihnya, antara lain Penulis Partitur Piano Terbaik tingkat Nasional dari Siemens dan Mercedes Benz (1998), Komponis Terbaik se-Asia Pasifik dalam Asian Composer League (ACL) Festival di Yogyakarta-Surakarta.

Dody sempat menjadi dosen terbang di Wellington University New Zealand dalam program Composer in Residence. Saat ini, Dody mengajar di Institut Seni Indonesia Bandung dan telah mendirikan sekaligus menjadi mentor Laboratorium Kreativitas Karawitan.

 

Bagikan ke Media Sosial

Hubungi Admin Jika Ingin Meng-copy Konten Website ini