PojokTIM – Apa itu Inner Writing Poetry? Pertanyaan tersebut mengemuka di benak ratusan peserta workshop yang digelar Komunitas Cinta Film Indonesia (KCFI) bekerjasama dengan Dinas Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin, Minggu (29/9/2024).
“Puisi memiliki kekuatan yang ada di dalam dirinya. Dalam workshop ini akan dibahas bagaimana cara memberikan ruh ke dalam puisi,” ujar Budi Sumarno, pendiri sekaligus moderator dalam workshop di aula PDS HB Jassin Gedung Ali Sadikin Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM). Workshop tersebut menghadirkan 3 pemateri yakni Remmy Novaris DM, Helvy Tiana Rossa, dan Gemi Mohawk.
Budi berharap peserta workshop Inner Writing Poetry yang umumnya siswa SMA dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, memperoleh pengetahuan dan pemahaman puisi dari para pemateri yang merupakan dedengkot di bidang sastra.
“Dengan adanya inner dalam puisi maka teknologi secanggih apa pun, termasuk AI, tidak dapat menggantikan kreatifitas penyair,” tegas Budi.
Peserta melakukan registrasi sebelum mengikuti wokshop Inner Writing Poetry.
Dalam paparannya, Helvy Tiana menerangkan unsur pembentuk puisi yakni pemikiran, ide, nada, irama, kesan panca indera, susunan katakata kiasan, kepadatan, dan perasaan. Berdasarkan unsurnya, Helvy mengamini jika di dalam puisi terdapat unsur batin dan fisik. Unsur batin terdiri dari tema, perasan, nada, dan amanat.
“Sementara unsur fisiknya adalah diksi (pilihan kata), gaya bahasa (majas), tipografi (bentuk), apakah melingkar-lingkar atau zigzag seperti salah satu puisinya Sutardji Calzoum Bachri, dan lain-lain,” terang Helvy.
Menurut dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu, cara untuk mengucapkan diri adalah puisi. terlebih puisi memiliki khasiat membantu mengurangi tingkat stres dan kecemasan.
“Aktifitas menulis memungkinkan kita mengekspresikan dan memproses emosi negatif, sekaligus memebrikan rasa lega dan pembebasan,” terang Helvy.
Pendiri Forum Lingkar Pena itu melanjutkan, puisi juga menantang kreatifitas dan imajinasi dengan diksi, juga bunyi. Karena keunikannya, puisi juga bisa dibuat menjadi ragam konten di media sosial.
“Dan satu-satunya penulis yang namanya disebut dengan lantas saat karyanya dibacakan adalah penyair,” ujar Helvy.
Sementara Remmy Novaris menekankan pentingnya mengekplorasi peristiwa baik yang dilihat maupun dirasakan. Namun demikian puisi harus ditulis secara jujur, tanpa berpihak. Puisi harus lahir dari perasaan terdalam dan ditungkan dengan bahasa pilihan.
Hal senada dikatakan Gemi Mohawk yang karya puisinya berjudul “Demi Satu” dipentaskan dalam bentuk musikalisasi oleh Doni Dartafian.
Dari paparan para pemateri, Budi Sumarno menyimpulkan, puisi bukan hanya karya seni, tetapi juga alat yang sangat kuat untuk eksplorasi diri dan penyembuhan emosional.
“Puisi adalah cermin jiwa yang tidak terlihat. Ia mengungkapkan apa yang tersembunyi, menyembuhkan yang terluka, dan memberi suara pada keheningan batin,” tegas Budi, yang juga sutradara film itu.