Lupakan hitamnya sejarah
Yang bikin dendam parah
Mari samakan langkah
Dalam damai dunia cerah

PojokTIM – Ceria dan gembira. Itu kesan pertama ketika melihat anak-anak usia 4-12 tahun itu seperti tengah bermain; bernyanyi, berlarian ke sana-sini, tertawa dan bergurau bersama teman-temannya di bawah sinar matahari sore yang dipantulkan dari gedung apartemen di sekitar kompleks Pusat Kesenian Jakarta Taman ismail Marzuki (PKJ TIM), Minggu (1/9/2024).

Padahal 40-an anak-anak itu adalah anggota Teater Tanah Air yang tengah berlatih dibawah arahan Jose Rizal Manua, dibantu Reboo Guluda yang bertindak sebagai penata gerak/tari. Jose memang dikenal piawai melatih anak-anak berlatih teater tanpa kehilangan kegembiraannya.

“Kami sedang mempersiapkan pementasan di Teater Jakarta dan di Jepang dalam sebuah festival persahabatan antara Indonesia – Jepang. Mereka akan mementaskan Ha Iku karya Putu Wijaya,” terang Jose, sang pendiri Teater Tanah Air.

Latihan yang dilakukan anak-anak itu sesungguhnya sangat serius. Untuk menciptakan kunang-kunang, yang tidak mungkin dihadirkan, Jose menggunakan tirai hitam. Sebagian anak-anak disuruh menyalakan lampu smartphone dari balik tirai dan menggerakannya secara bebas sehingga mirip sekumpulan kunang-kunang yang tengah terbang.

Ha Iku sendiri berkisah tentang penggalan sejarah di masa Jepang menjajah Indonesia. Ada 2 kelompok anak yang terlibat perdebatan apakah sejarah itu harus dilupakan atau terus diingat. Akhirnya Putri Bulan Purnama bergabung dan memberitahu mereka bahwa peristiwa kelam itu harus selalu diingat. Bukan untuk melestarikan dendam dan rasa bermusuhan, tapi untuk mengingatkan apa yang tak boleh dilakukan lagi di masa kini dan nanti karena melanggar hak azasi manusia.

Meski pesan yang disampaikan terkesan berat, di tangan Jose naskah yang dibuat khusus oleh Putu Wijaya untuk Teater Tanah Air, menjadi lakon yang menarik dan anak-anak memainkan dengan penuh kegembiraan.

Menarik menunggu pementasan Teater Tanah Air. Terlebih Jepang sudah seperti rumah bagi grup teater yang didirikan pada 14 September 1998 itu. Saat pentas pertama kali mewakili Indonesia di ajang The Asia-Pacific Festival of Children’s Theatre yang diadakan di Toyama, Teater Tanah Air membawakan lakon berjudul Earth Within Children’s Hand (Bumi di Tangan Anak-anak).

Pada festival yang diikuti 22 negara tersebut Teater Tanah Air mendapat giliran pentas 5 Agustus 2004 di Toyamakenakaoka Bunka Hall, gedung teater di kota Toyama, Jepang. Penampilan Teater Tanah Air mendapat sambutan luar biasa, dan dan berhasil meraih predikat The Best Performance dan medali emas. Setelah itu Teater Tanah Air beberapa kali mendapat undangan pentas di Jepang.

Sutradara Teater Tanah Air Jose Rizal Manua sedang mengarahkan anak-anak berlatih. Foto: Ist

Peran Orang Tua

Selain pelatih atau sutradara yang mumpuni keberhasilan teater anak seperti Teater Tanah Air, tidak terlepas dari peran dan andil orang tua anggotanya. Dengan setia mereka mengantar dan menunggui anak-anaknya berlatih.

“Sudah 2 tahun anak-anak saya bergabung dengan Teater Tanah Air. Awalnya mereka melihat pementasannya dan tertarik, jadi langsung saya daftarkan,” ujar Farah, salah satu ibu yang tengah menunggui anaknya berlatih teater.

Sejak itu setiap Minggu, Farah yang berasal dari Depok mengantar kedua anaknya, Kale dan More, berlatih teater di TIM. “Sekarang More sudah SMA, jadi tinggal Kale yang rutin ikut latihan,” terang Farah yang juga pernah bergabung dengan grup teater.

 

Bagikan ke Media Sosial

Hubungi Admin Jika Ingin Meng-copy Konten Website ini