PojokTIM – Lampu-lampu di selasar Gedung Ali Sadikin kompleks Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM) telah dinyalakan. Lift terasa lambat setelah seharian melayani pengunjung. Ada yang naik, ada pula yang turun. Ketika pintu terbuka, selasar lantai 4 dipenuhi orang-orang yang sedang makan, atau sekedar menyeruput kopi. Sebagian lainnya membunuh waktu sambil bercengkerama dengan teman lama yang datang dari berbagai daerah.
Tepat pukul 20.00 WIB, Sabtu (14/12/2024). puncak acara Festival Puisi Esai II dimulai. Aula HB Jassin gemerlap penuh cahaya. Tokoh-tokoh puisi esai termasuk Denny JA, Fatin Hamama, Agus R Sarjono, Mahfi Air Tawar, Anwar Putra Bayu, dan Gola Gong ada di antara puluhan tamu undangan dan penonton.
Setelah pembacaan pertama, Isbedy Stiawan ZS bergegas menuju panggung. Suaranya memenuhi ruangan yang disalurkan melalui clip on. Penyair berjuluk Paus Sastra Lampung itu tidak sendiri. Usai bait pertama, gadis bertubuh mungil muncul dari deretan bangku penonton. Langkahnya tanpa ragu di bawah tatapan para penyair senior. Suaranya jernih dan tegas ketika menyeru bait kedua dari puisi berjudul “Puisi Itu Dibawanya Mati”.
puisi dibawa mati, ditemukan
dalam tas Yusuf Rizal bersama
catatan harian lain;
-seorang demosntran.
Gadis kecil itu adalah Dzafira Adelia Putri Isbedy (13). Tidak ada kesan canggung berduet dengan sang ayah. Sorot matanya menghujam tajam ke arah penontotn. Siswa kelas 2 SMP Muhammadiyah Ahmad Dahlan Metro itu seperti hanyut dalam kisah Muhammad Yusuf Rizal, mahasiswa Universitas Lampung (Unila) yang tewas akibat luka tembak saat demonstrasi menentang kembalinya sisa-sisa rezim Orde Baru di depan kampus Universitas Bandar Lampung (UBL), pada 28 September 1999. Di tangan Isbedy, kisah itu ditulis dalam bentuk puisi esai yang apik.
“Penghayatan Adel dalam membaca puisi cukup bagus. Vokalnya bening. Artikulasinya jelas dan tegas,” puji Anwar Putra Bayu.
Menurut Isbedy, sejak SD, Fira atau Adel, panggilan akrabnya, sudah sering meraih juara dalam ajang pembacaan puisi. Adel juga sudah sering diundang dalam ajang pembacaan puisi, termasuk tampil di TVRI Lampung.
Selain baca puisi, ternyata Adel juga mulai gemar menulis cerita fiksi. Berbeda dengan ayahnya, Adel justru lebih tertarik menulis prosa. “Saat ini Adel sedang menyelesaikan novel yang belum diberikan judul,” tutur Isbedy.
Usai berduet dengan ayahnya di atas panggung, Adel pun mendapat banyak ucapan selamat dari penonton yang terkesima selama pembacaan puisi berlangsung.
Selamat Adel …