Oleh Khairani Piliang
Perayaan Hari Puisi Indonesia yang digelar di berbagai kota setiap tahunnya merupakan fenomena yang patut diapresiasi. Inisiatif ini bukan hanya sekadar acara seremonial, melainkan sebuah gerakan kultural yang signifikan dalam upaya melestarikan sastra puisi di tengah masyarakat. Keberagaman lokasi penyelenggaraan, dari ibu kota hingga pelosok daerah, menunjukkan bahwa semangat berpuisi mampu menembus batas geografis, menjangkau khalayak yang lebih luas.
Kemeriahan perayaan HPI ini juga diselenggarakan di Kota Slawi, Ibukota Kabuparen Tegal. Dewan Kesenian Kabupaten Tegal (DKKT) mengadakan antologi puisi bertema Teh, Imajinasi, Puisi dan meluncurkannya pada puncak perayaan HPI.
Ide awal datang dari Ketua Komite Sastra DKKT Muarif SAg yang kemudian didaulat menjadi ketua pelaksana, dan Dyon, Sekretaris DKKT, serta Dewan Pembina DKKT Imam Joened. Â Gagasan ini kemudian disambut baik oleh Ketua DKKT Junaidi MPd. Kegiatan ini merupakan yang pertama kali diadakan sebagai wujud mengembangkan seni dan kebudayaan Kota Slawi.
Rangkaian acara diawali dengan berwisata literasi berkunjung ke pabrik Teh Poci yang berada di Slawi. Menyaksikan bagaimana proses daun teh diproduksi mulai dari pengeringan, memilah mana yang terbaik sampai pengemasannya. Kemudian peserta dikenalkan kepada founder Pabrik Teh Sinar Sosro Gunung Slamat, Soegiharto Sosrodjojo. Dilanjutkan dengan diskusi interaktif antologi puisi Teh, Imajinasi, Puisi diadakan di Gedung Rakyat Slawi.
Suksesnya acara tersebut juga dihadiri oleh Wakil Bupati Tegal Ahmad Kholid yang ikut membacakan sebuah puisi salah satu kontributor antologi puisi dengan penuh penghayatan, meski katanya baru pertama kali membaca puisi.
Acara ini tidak hanya sukses dalam memperkenalkan karya-karya indah para penyair kepada publik, tetapi juga berhasil menciptakan atmosfer kemeriahan yang tak terlupakan bagi setiap tamu yang hadir.
Sambutan ramah dari tim dimulai dari meja registrasi pun menambah kenyamanan dan keakraban. Puncak kemeriahan acara di malam hari terletak pada rangkaian penampilan peserta antologi. Pembacaan puisi oleh para kontributor antologi menjadi magnet utama. Setiap penyair membawakan puisinya dengan interpretasi yang unik, menghadirkan nuansa emosi yang berbeda-beda, mulai dari keharuan, semangat, hingga renungan. Penampilan mereka tidak hanya memukau tetapi juga berhasil menjalin koneksi emosional dengan audiens, terbukti dari riuh tepuk tangan dan apresiasi yang terus terdengar.
Tidak hanya pembacaan puisi, acara ini juga dimeriahkan tarian pembuka oleh tiga orang guru tari dari berbagai sekolah, teatrikal puisi, monolog, pagelaran musik keroncong, dan lain-lain.
Salah satu kunci keberhasilan seremonial ini adalah partisipasi aktif dari audiens. Balai Rakyat tempat acara dipenuhi oleh berbagai kalangan, mulai dari sastrawan, mahasiswa, pegiat literasi, anggota DPRD kabupaten Tegal, hingga masyarakat umum yang tertarik pada puisi dan seni. Interaksi yang terjalin antar sesama pecinta sastra terasa begitu hangat, menciptakan jaringan baru dan mempererat tali silaturahmi.
Secara keseluruhan, peluncuran antologi puisi yang yang dikuratori Kurnia Effendi dan Akhmad Sekhu adalah sebuah perayaan literasi yang patut diapresiasi serta dipertahankan keberlangsungannya. Keberhasilan bukan hanya terletak pada ramainya pengunjung, melainkan pada semangat untuk terus berkarya, mengapresiasi sastra, dan merayakan keindahan kata. Acara ini telah membuktikan bahwa puisi memiliki tempat istimewa di hati masyarakat, dan mampu menyatukan banyak jiwa dalam harmoni literasi yang memukau.