Puisi-Puisi Muhammad Lefand
WAJAH PADA SELEMBAR INGATAN
1. Senyum
Tak seperti bayangan
Senyummu mekar
Dalam lembar ingatan
Jarak seutuh debar
Menatap wajahmu
Purnama yang rayu
Detak mengusir sepi
Rindu kehilangan sunyi
Nafas terdengar
Mengirim isyarat
Senyummu kuingat
Abadi dalam getar
2. Gundah
Jangan pernah ragu kepada ingatan
Gundah bukan luka yang mesti dikenang
Meski cobaan menggoda setiap waktu
Rasa tak harus menyerah kepada ragu
Tatap dunia ini dengan senyuman
Tutup keraguan dengan harapan
3. Detak
Malam
Dingin
Sepi
Berhulu di hatiku
Pagi
Cerah
Senyum
Bermuara di wajahmu
4. Harap
Hujan menumbuhkan ingatan
Sungai mengalirkan kenangan
Senyummu hujan dan sungai
Ingatan menjelma rindu
Kenangan mengirim cumbu
Wajahmu rindu dan cumbu
: semoga
5. Takdir
Setiap lembar waktu yang pergi
Diam-diam kutatap wajahmu seri
Detak dada menyimpan rahasia
Pada halaman takdir tanpa angka
Jember, 2025
ANNISA RESMANA AKHMAD
: setelah pertemuan dan puisi
Angin menyelinap di rambutmu
Nafas pelabuhan terdengar sayu
Nasib kehidupan kehilangan rindu
Ibarat telinga yang tidak dijual, rayu
Seolah membisikkan bermacam ragu
Ada kegelisahan bercampur derita pilu
Rasa itu fana
Emosi sementara
Sedang tatapan mata
Membuat riuh prasangka
Ada yang selirih detak di dada
Namun banyak yang memilih canda
Antar bibir saling menyimpan isyarat kata
Aku mendengar detak kursi
Kepada suaramu bergetar sunyi
Hingga kaunyaringkan berlarik puisi
Merinding seluruh ruangan segenap hati
Acara pertemuan menjadi penghayatan arti
Dengan segala macam penafsiran riuh dan sepi
Jember, 18-9-2025
TAREKAT CINTA
tanpa titik, Alif-Mu tegak
kupanjat setiap waktu
Ledokombo, 27 Januari 2025
BIONARASI
Muhammad Lefand adalah seorang penyair kelahiran Sumenep dan tinggal di Jember merupakan lulusan Ponpes An-nawari Seratengah Bluto dan Universitas Islam Jember. Kesehariannya adalah guru, penggerak dan pegiat di Lesbumi Jember dan aktifis GP Ansor. Karyanya banyak dimuat di buku antologi bersama antara lain: Negeri Laut (2015), Negeri Awan (2017), Negeri Bahari (2018), Negeri Pesisiran (2019), Negeri Rantau (2020), Negeri Khatulistiwa (2021), Raja Kelana (2022), Seribu Tahun lagi (2021) Upacara Tanah Puisi (2022), Antologi Penyair Aisa Tenggara(2024) Dll . Buku antologi puisi tunggalnya : Satu Kaca Dua Musim (2014) Jangan Panggil Aku Penyair (2015), Rovolusi Mental dan Estetika (2015)Khotbah Renungan tak Utuh Jarak dan Jagung (2016) Kronologi Imaji (2017), Sakmasek (2018), Pesan Laut Kepada Perahu, (2020). Yang Lupa pada Luka, (2021). Mata Melihat Rasa Mencatat (2023), Rindu dan Kenangan (2023), dan Yang Abadi di Watukosek (2024).


