PojokTIM – Pertemuan itu terjadi di sebuah kantin yang berada di dalam area Galeri Nasional Indonesia, bersebelahan dengan bilik komunitas Kami Sketsa Galnas, Senin (29/4/2024). Ditemani dua gelas es teh manis dan sepiring kudapan, PojokTIM berkesempatan berbincang dengan Walidha Tanjung Files atau yang akrab disapa dengan Fileski. Berbagi cerita, pemikiran, dan pandangan tentang seni, sastra, dan musik.

Berikut rangkumannya.

Selamat siang, Mas Fileski. Tentunya ini bukan perjalanan pertama kali ke Jakarta?

Ya, betul Mbak Nana, Sejak menggeluti dunia puisi pada 2007, sudah beberapa kali tampil di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Kali ini datang ke Jakarta karena menjadi salah satu dari 12 penulis terpilih di ajang lokakarya Peta Sastra Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Komunitas Salihara, program yang bertujuan memperkenalkan dan memudahkan pengajaran sastra Indonesia bagi pelajar dan masyarakat. 

Bagaimana perjalanan kreativitas Anda dimulai dan apa yang menjadi inspirasi utama dalam karya-karya Anda?

Perjalanan kreatif saya dimulai sejak usia remaja SMP, terinspirasi oleh ayah saya yang seorang guru bahasa dan sastra Indonesia. Pengaruhnya membuat saya jatuh cinta pada dunia kesenian, terutama puisi. Saya mulai mengeksplorasi kemampuan menulis dan menyampaikan pesan melalui kata-kata. Inspirasi utama dalam karya-karya saya berasal dari kehidupan sehari-hari, pengalaman pribadi, dan refleksi tentang dunia di sekitar. Saya berusaha untuk mengangkat tema-tema yang relevan dan dapat menggugah perasaan pembaca atau pendengar.

Bagaimana gaya penulisan puisi Anda dan bagaimana Anda berusaha untuk menyampaikan pesan-pesan melalui karya-karya sastra Anda?

Saya suka menggunakan bahasa yang khas dan penuh emosi. Saya berusaha untuk menciptakan kata-kata yang indah dan menggugah perasaan pembaca atau pendengar. Melalui puisi, saya ingin menyampaikan pesan-pesan yang seringkali bertemakan kemanusiaan. Saya percaya bahwa puisi memiliki kekuatan untuk merenungkan kehidupan, mengungkapkan emosi, dan membangun pemahaman antar manusia.

Flyer kegiatan Fileski di Taman Ismail Marzuki. Foto: Ist

Sebagai seorang musisi, bagaimana Anda menggabungkan musik dengan puisi dalam karya-karya Anda?

Bagi saya, musik dan puisi adalah dua bentuk seni yang saling melengkapi. Saya berusaha untuk menciptakan harmoni antara kata-kata yang indah dan melodi yang mengiringinya. Saya sering menggunakan instrumen seperti flute, biola, ocarina, dan saxophone untuk menciptakan suasana yang mendukung puisi yang saya tulis. Melalui kombinasi ini, saya berharap dapat menciptakan pengalaman seni yang lebih mendalam dan memukau bagi pendengar atau pembaca.

Sebagai founder, redaktur dari suatu platform online bagaimana Negeri Kertas berkontribusi dalam mempromosikan sastra di Indonesia?

Negeri Kertas berperan sebagai platform online dan media cetak buku antologi yang menyajikan karya-karya sastra dari berbagai penulis Indonesia. Kami mempublikasikan puisi, cerpen, dan karya-karya prosa lainnya secara teratur di website, dan penerbitan buku antologi secara periodik. Kami berusaha untuk menciptakan ruang bagi penulis-penulis muda dan memberikan mereka kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam dunia sastra.

Selain itu, dalam setiap kesempatan, saya sangat bersemangat ketika diundang untuk memberikan pelatihan menulis puisi, cerpen, dan feature di berbagai sekolah dan kampus. Tentunya di sela-sela materi, saya juga perform resital puisi, agar para peserta workshop bisa menikmati sastra sepenuhnya, baik secara teori dan sajian pertunjukan. 

Bagaimana Anda melihat peran seni dan sastra dalam masyarakat?

Saya percaya bahwa seni dan sastra memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat. Mereka memiliki kekuatan untuk menginspirasi, mengubah perspektif, dan menyampaikan pesan-pesan yang mendalam. Seni dan sastra juga dapat menjadi sarana untuk mengungkapkan emosi, merenungkan kehidupan, dan membangun pemahaman antarmanusia. Saya berharap karya-karya yang saya tulis dapat memberikan kontribusi positif dalam masyarakat, dan menginspirasi banyak orang.

Fileski bersama sastrawan Sutardji Calzoum Bachri. Foto: Ist

Sebagai catatan tambahan Walidha Tanjung Files telah meraih berbagai penghargaan dan pengakuan atas karya-karyanya. Ia telah memenangkan Anugerah HESCOM Musikalisasi Puisi Terbaik dari e-Sastera Malaysia di tahun 2014 dan 2015. Prestasi ini menunjukkan kepiawaiannya dalam menggabungkan musik dan puisi menjadi satu kesatuan yang harmonis. Selain itu, juga telah melakukan tur konser musik puisi di berbagai acara seni dan festival, termasuk tur konser di Bulan Bahasa di Singapura pada tahun 2014. Pernah membuat rekor Resital Puisi selama 11 jam non stop sekaligus memainkan 11 instrumen musik di Festival Lanfang.  

Walidha Tanjung Files juga terlibat dalam berbagai kegiatan dan komunitas seni. Ia menjadi redaktur di NegeriKertas.com sejak tahun 2007 dan salah satu pendiri Komunitas Negeri Kertas, yang berfokus pada pengembangan kesusastraan di Indonesia. Selain aktif dalam dunia sastra dan seni, Walidha Tanjung Files juga memiliki peran sebagai pengajar seni budaya di SMAN 2 Madiun. Ia berbagi pengetahuan dan pengalamannya kepada generasi muda dalam mengapresiasi dan mengembangkan bakat seni. Ia menjadi motivator bagi para siswa untuk mengeksplorasi kreativitas mereka dan mengembangkan minat dalam seni dan sastra.

Bagikan ke Media Sosial

Hubungi Admin Jika Ingin Meng-copy Konten Website ini