Helvy Tiana Rosa. Foto: Ist

PojokTIM – Sastra Islam telah berkembang dan turut membangun peradaban dunia. Karya-karya Ibn Arabi, Jalaluddin Rumi, Ibn Battuta, Ibn Khaldun, Omar Khayyam hingga Muhammad Hafez Shirazi dan Naguib Mahfouz telah menginspirasi dunia. Demikian juga sastrawan-sastrawan asal Indonesia seperti Hamzah al-Fansuri, Hamka, Abdul Hadi WM, Taufiq Ismail sampai Emha Ainun Nadjib. Untuk generasi yang lebih muda ada Asma Nadia, Habiburrahman El Shirazy dan lainnya.

Dengan kekayaan yang dimiliki, sastra Islam dapat menjadi kiblat bagi sastra dunia. Untuk itu perlu diadakan kegiatan yang intens dan memiliki gema yang kuat. Salah satunya melalui gelaran festival berskala global yang melibatkan seniman dan sastrawan dari negara-negara Islam.

“Festival Sastra Islam Dunia mestinya tidak berhenti pada impian orang per orang, tetapi sudah saatnya diwujudkan. Kita membutuhkan kegiatan berskala global yang didasari semangat ukhuwah, solidaritas, dan harapan agar karya-karya sastra islami yang telah menerangi dunia selama ribuan tahun mendapat tempat yang selayaknya sebagaimana karya-karya sastra lainnya,” ujar Ketua Bidang Sastra Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) DR Helvy Tiana Rosa, Jumat (22/8/2025) di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta.

Menurut dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu, Festival Sastra Islam Dunia (FSID) juga memiliki bertujuan menjadi ajang untuk mengenalkan perkembangan sastra Islam di Nusantara. “Saya dan teman-teman di Forum Lingkar Pena pernah mengadakan Festival Islam dengan skala nasional, dan sukses. Saya pikir, Bidang Sastra HSBI juga bisa menggelar kegiatan serupa dengan lingkup lebih luas supaya generasi muda lebih mengenal karya-karya penulis Islam baik di Indoensia maupun dunia,” terang Helvy yang telah menulis ratusan buku.

Saat ini, menurut Helvy, Bidang Sastra HSBI akan segera mematangkan rencana kegiatan FSID ke forum yang lebih luas. Tidak tertutup kemugnkinan, FSID juga akan dilakukan bersama bidang-bidang lain di HSBI, termasuk Bidang Kebudayaan.

“Apakah berdiri sendiri ataukah digabung dengan kebudayaan, saya masih akan membicarakan ke tingkat yang lebih tinggi. Tetapi InsyaAllah FSID bisa kita laksanakan pada 2027, bertepatan dengan 500 tahun Kota Jakarta yang dibangun Fatahillah,” ujar Helvy.

Untuk mewujudkan hal itu, Bidang sastra HSBI akan mengadakan beberapa kegiatan pra-festival seperti membentuk focus group discussion (FGD) yang melibatkan berbagai pihak termasuk stakeholders dan pemangku kepentingan lainnya, peluncuran buku, lomba penulisan tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang akan diselenggarakan pada Desember.

“Selain bertepatan dengan Hari HAM, juga peringatan gerakan intifadah di Palestina. Berbicara tentang HAM sambil menutup mata terhadap peristiwa perampasan hak-hak dasar dan genosida terhadap rakyat Palestina oleh zionis, adalah kebohongan,” tegas Helvy.

Fikar W Eda. Foto: Ist

Pendapat Helvy mendapat dukungan Fikar W Eda, anggota Bidang Sastra HSBI. Menurut sastrawan yang intens mengenalkan budaya dan sastra Gayo, Aceh, tersebut, kekayaan sastra islami di Indonesia tidak hanya memiliki sejarah panjang, namun juga sangat beragam.

“Jejak sejarah sastra Islam ada di hampir semua daerah di Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Kita juga memiliki pusat-pusat budaya Islam yang sangat kuat dan telah memberikan sumbangsih pada perkembangan Islam di Nusatara dalam bentuk berbeda-beda, namun tetap dapat dinikmati oleh masyarakat luas, tidak hanya oleh pengguna bahasa penuturnya,” ujar mantan Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta itu.

Fikar memberi contoh karya Hamzah Fansuri. Meski ditulis dalam Bahasa Melayu, karyanya tetap dapat dinikmati oleh penutur bahasa lain. Bahkan sastra yang ditulis pujangga Jawa juga menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah sastra Islam Nusantara.

“Kita memiliki kekayaan sastra Islam yang luar biasa. Melalui FSID, kekayaan itu dapat digemakan ke seluruh dunia, memberi sumbangsih pada peradaban yang lebih luas,” ujar Fikar.

Untuk diketahui, Bidang Sastra HSBI digawangi olehHelvy Tiana Rosa, ⁠Putra Gara, Megawati Nurdin, Nurlaila Hidayat, Anggun Sadyan Putra, Dr Rahmi Yulia Ningsih, Ismail Lutan, Fikar W Eda, Devie Komala Syahni, Yon Bayu Wahyono dan ⁠Ayu Puspa Nanda.

Bagikan ke Media Sosial

Hubungi Admin Jika Ingin Meng-copy Konten Website ini