PojokTIM – Tutur katanya pelan, runut dan jelas. Setiap cerita mengalir lancar, disertai ekspresi layaknya ketika sedang menari di atas panggung. Perhatiannya tetap fokus dan bisa melanjutkan cerita yang terjeda saat membalas sapa teman-teman penyair. Keriuhan kantin di seberang Teater Wahyu Sihombing di Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini, Jakarta Pusat, juga tidak mengganggu konsentrasinya dalam mengingat momen-momen penting sepanjang perjalanan kepenulisannya.
Itulah Ni Made Sri Andani, dokter hewan (drh) yang “tersesat” ke dunia marketing, blogger, dan kini penulis kisah ispiratif serta puisi.
“Alam memberikan contoh kehidupan pada manusia. Terkadang kita tidak menyadarinya. Saya menuliskan untuk mengingatkan kita semua,” tutur Andani ketika ditanya motivasinya menulis dan menerbitkan buku “100 Cerita Inspiratif” dan “Resep Rahasia Cinta” yang berisi 50 kisah inspiratif tentang cinta dalam perspektif universal.
Berikut petikan wawancara PojokTIM dengan penulis kelahiran Bali yang kini menetap di Jakarta, Rabu (8/5/2024).
Apa sejak awal Anda bercita-cita menjadi seorang motivator?
Tidak ke sana. Saya hanya senang menulis untuk mengisi blog. Apa yang saya temui, saya alami atau saya dengar dari orang-orang sekitar saya, termasuk dari berita media, dan menurut saya menarik, memiliki nilai yang dapat memberikan inspirasi kepada orang lain, maka saya tuangkan dalam tulisan. Inspirasi, menurut saya, dapat memicu seseorang untuk melakukan sebuah tindakan yang umumnya lebih positif dan kreatif. Jadi kalau dibilang saya memiliki motivasi dalam menulis, ya sebatas itu.
Anda mengatakan inspirasi datang dari mana saja. Dari lingkungan sekitar, dari berinteraksi dengan orang lain, bahkan dari burung-burung dan alam. Bisa ceritakan lebih spesifik?
Saat saya jalan-jalan di alam terbuka dengan anak saya, tiba-tiba anak saya bertanya mengapa siput jalannya sangat lambat. Sekilas itu seperti pertanyaan biasa saja. Tetapi saya merasa tergerak untuk mengamati. Ternyata siput bergerak lambat karena harus meraba dulu dan memastikan jalan yang akan dilalui tidak ada kerikilnya atau benda-benda yang dapat melukai tubuhnya.
Dari situ saya lantas berpikir, sebenarnya siput tengah mengajarkan kepada manusia yang suka terburu-buru dalam segala hal. Andai kita bisa memetik makna di balik langkah siput yang pelan, maka kita akan lebih berhati-hati dan lebih strategis dalam melangkah, dalam mengejar karir, dan sebagainya. Tidak semua hal harus dilakukan dengan terburu-buru.
Ada contoh lain?
Suatu ketika, saya terjebak ikut antrian panjang dari dua bilik kamar kecil di sebuah mall. Ibu-ibu di depan saya sudah banyak yang mengeluh, bahkan ngomel-ngomel mengapa kok petugas keberihan tidak ada. Sementara saya pasrah saja, sambil memainkan gadget.
Tiba-tiba datang seorang remaja putri, dan bertanya mengapa kamar kecil satunya tidak digunakan? Saya baru tersadar kalau ternyata ada 3 kamar kecil. Salah seorang kemudian memberitahu bahwa sebelumnya ada yang menggunakan tapi tidak disiram. Mendengar penjelasan itu, terdengar dengungan yang umumnya menyalahkan pengguna sebelumnya yang saat itu sudah tidak ada.
Setelah tahu situasinya, remaja putri itu melangkah ke kamar kecil “bermasalah”. Dia bersihkan dan gunakan. Setelah remaja putri itu selesai, antrian pun terbagi 3, bahkan sempat berdesakan di depan kamar kecil yang baru saja dibersihkan dan digunakan oleh remaja putri tersebut.
Saya tertegun. Mengapa saya dan juga ibu-ibu yang tadi mengeluh, yang usianya lebih dewasa, tidak punya pikiran, atau kehendak untuk melakukan seperti yang dilakukan remaja putri itu? Mengapa kita hanya sibuk menyalahkan tindakan orang lain? Cerita itu akhirnya saya tulis, diiringi rasa malu pada diri sendiri.
Ni Made Sri Andani dalam salah satu penampilannya. Foto: ist
Tarian Bali dikenal sangat sakral. Tapi Anda menarikannya ketika membaca puisi. Apa tidak masalah?
Tari Bali memiliki banyak tingkatan dan kegunaan. Sebagian besar memiliki pakem standar, musiknya harus begini dan gerakannya harus begitu. Tari Bali yang fungsinya untuk ibadah, berkaitan dengan ritual ibadah, tentu tidak bisa dibawakan secara sembarang. Gerakannya juga tidak boleh diubah sedikit pun.
Tetapi ada juga tarian yang tanpa pakem ketat, yang memang untuk pertunjukan, untuk hiburan, sehingga boleh dilakukan sedikit improvisasi. Misalnya tarian dalam kesenian Sendratari, Arja, atau Gambuh (sejenis opera tradisional Bali), sangat memungkinkan bagi kita untuk melakukan modifikasi dan improvisasi. Nah, tarian dan musik dari kesenian ini yang saya pakai ketika membaca puisi.
Kabarnya Anda akan menerbitkan kumpulan cerita horor?
Ya. Saya ada rencana menerbitkan kumpulan cerita Horor Orang Kantoran. Masih dalam persiapan. Walaupun sebenarnya ada beberapa cerita atau kisah horor juga yang sudah saya tulis. Dalam buku “Resep Rahasia Cinta” juga terdapat cerita horor. Bahkan ada yang sudah difilmkan.
Apa hubungannya kisah horor dengan inspirasi?
Kisah horor tidak harus melulu menyajikan bagian horornya saja. Ada juga kisah horor yang dapat memberi inspirasi. Salah satunya cerita di halaman 184 yang berjudul Kisah Burung Perkutut dan Supir Taksi. Cerita ini saya dapat dari teman saat liburan ke daerah Yogyakarta. Untuk menghilangkan suntuk, dia mengobrol dengan sopir taksi. Ketika teman saya bertanya apa sudah lama menjadi sopir taksi, tiba-tiba sopir itu menangis tersedu-sedu. Karena tidak mungkin melanjutkan perjalanan, teman saya menyuruh sopir taksi berhenti. Setelah tenang, sopir taksi itu lantas bercerita, mengapa akhirnya dia menjadi sopir taksi.
Awalnya dia seorang pengusaha sukses. Suatu ketika dia mendapat saran untuk memelihara hewan sebagai pelengkap identitas laki-laki Jawa. Sebab dia sudah memiliki wismo (rumah), garwo (istri), turonggo (kendaraan), dan curigo (keris). Tinggal kukilo atau burung yang belum dimiliki. Dia pun mengikuti saran itu, dan membeli burung perkutut di pasar.
Tidak lama setelah memelihara burung, satu persatu hartanya ludes. Usahanya bangkrut. Rumah tangganya berantakan. Ia pun terpukul. Atas nasehat temannya, dia melepas burung perkutut itu ke alam bebas. Meski tidak pulih seperti sebelumnya, namun sejak ia melepas burung perkutut itu, hidupnya mulai tertata kembali.
Kisah ini bisa bisa disebut horor karena burung itu ternyata memiliki sesuatu yang tidak dapat dinalar, tidak bisa dilogikakan. Sebab pemilik sebelumnya, menurut cerita orang-orang di pasar, juga mengalami hal yang sama seperti sopir taksi itu.
Tetapi jika mau diambil sisi inspirasi di luar horornya, juga bisa. Bahwa tidak baik mengekang burung karena habitatnya di alam bebas.
Apakah kisah-kisah semacam itu juga yang ada dalam buku yang akan terbit?
Beda, karena ini murni horor. Tepatnya kisah-kisah horor di kantor. Ada banyak peristiwa yang saya alami sendiri ketika masih bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta Barat. Misalnya ada kursi yang berjalan sendiri, ada suara yang memanggil nama saya padahal jelas-jelas tidak ada orang yang memanggil, dan hal-hal gaib lainnya. Demikian juga yang teman-teman saya alami. Dan saya yakin sekali, banyak orang yang menyimpan cerita-cerita horor sejenis begini tapi tidak berani atau belum berani mengungkapkannya.
Dengan latar belakang pendidikan, juga status sosial Anda, apakah tidak takut terkena stigma yang merendahkan karena percaya pada hal-hal gaib?
Pada dasarnya semua orang beragama, percaya pada hal-hal gaib. Bedanya ada yang dicetuskan, ada yang pura-pura tidak percaya. Pada awalnya, saya juga ternasuk orang yang tidak terlalu terbuka berbicara soal kisah horor, karena khawatir dicap sebagai orang yang tidak bepikiran logis.
Tetapi kemudian saya berpikir kenapa harus saya tutup-tutupi. Selain karena memang itu sebuah fakta, juga sebagai manusia yang bukan mahluk yang “maha tahu”, sangat wajar kita mengalami hal-hal yang tidak kita ketahui dengan jelas yang kita sebut dengan misteri. Nah misteri inilah yang memicu perasaan horor.
Dulu saat orang belum kenal CCTV, seorang keponakan perempuan yang harus bekerja, memasang CCTV di rumah untuk memantau bayinya dan pekerjaaan baby sitter-nya. Sang baby sitter yang tidak tahu bahwa rumah itu dipasangi CCTV merasa sangat horor karena heran mengapa majikannya tahu setiap gerak geriknya di rumah dan kena marah saat tidur siang di kamar majikannya yang berkasur empuk dan ber-AC. Ia percaya di rumah itu banyak hal-hal gaib.
Dari kisah ini bisa disimpulkan, kita merasa horor ketika kita berhadapan dengan sesuatu yang tidak kita pahami (gaib), tidak kita ketahui cara kerjanya.
Jadi, skekarang saya tidak khawatir kena stigma itu. Saya harus mengatakan dan menulsikan apa yang saya pahami, saya ketahui, dan silakan saja orang lain menilainya. Andai pun tetap ada penilaian negatif, tidak akan menyurutkan langkah saya.
Dunia gaib, dunia horor, dipersepsikan sebagai dunianya masyarakat kelas menengah ke bawah, yang bodoh dan suka berpikiran irasional. Film-film horor juga dikaitkan dengan erotisme sehingga orang tidak mau menonton atau membaca cerita horor karena takut terkena stigma itu. Menurut Anda?
Bisa jadi juga begitu, walaupun tidak sepenuhnya benar. Persepsi itu mungkin tanpa sadar terbentuk oleh pelaku industri film atau justru penulis cerita horor sendiri yang mengaitkannya dengan erotisme atau memunculkan figur-figur dan adegan-adegan horor berkualitas rendah yang begitu-begitu saja; kuntilanak berdaster putih dengan rambut panjang menutupi muka, pocong yang meloncat-loncat. Jadi orang bosan dan malas juga jika dianggap berselera begitu.
Ada juga anggapan, orang yang percaya pada hal-hal gaib mengidap gangguan kejiwaan sehingga orang-orang memilih pura-pura tidak percaya karena takut dianggap sedang mengalami gangguan mental.
Bagi saya, dunia gaib ada. Masalah ada yang bisa melihat dan tidak, itu soal lain. Tidak semua orang diberi intuisi yang tajam, maka tidak semua orang juga diberi keistimewaan melihat hal gaib. Banyak orang yang percaya ramalan, padahal ramalan menggunakan intusi, indera gaib. Apakah mereka yang percaya ramalan juga tergolong orang yang mengidap gangguan jiwa?
Jika kita tidak bisa melakukan sesuatu, atau tidak percaya dengan sesuatu, bukan berarti hal itu tidak ada. Setiap manusia memiliki keistimewaan masing-masing, juga batasan masing-masing. Oleh karenanya, saya tidak takut lagi akan dikucilkan, atau dianggap mengalami gangguan kejiwaan hanya karena menulis kisah-kisah horor.
Hari merambat cepat. Ni Made Sri Andani pun beranjak, mengejar jadwal ganjil-genap jalanan Jakarta karena plat mobil yang dibawa bernomor ganjil di hari genap. Tubuhnya segera hilang di balik tembok selasar TIM yang masih angkuh dan kukuh.