PojokTIM – Jendela lebar dan hawa laut menyatu dalam balutan sejarah masa lampau. Perasaan itu hadir begitu saja ketika memasuki Museum Bahari di Penjaringan, Jakarta Utara. Setelah melewati ruang penerimaan tamu yang dipenuhi ornamen tentang kejayaan Kerajaan Sriwijaya yang pernah menguasai laut di kawasan Asia Tenggara, pengunjung disuguhi panggung kecil di Plasa Romantis yang menghubungkan gedung pertama dan gedung-gedung lain di komplek museum yang diresmikan pada 7 Juli 1977.

Di atas panggung itulah digelar acara pembacaan puisi yang digelar komunitas Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI). Kegiatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan Membaca 80 Tahun Indonesia Merdeka.

“Saat ini kita sedang ada pameran tentang Kerajaan Sriwijaya,” ujar Kepala UP Museum Kebaharian, Mis’ari, Sabtu (23/8/2025) ketika memberi sambutan pada acara pembacaan puisi.

Menurut Ari, demikian panggilan akrab Plt Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Utara itu, pihaknya selalu mendukung kegiatan pembacaan puisi terutama yang menggelorakan kejayaan dan semangat perjuangan rakyat Indonesia.

“Kami sangat mengapresiasi dan sekuat daya akan terus mensupport dan bergotong royong untuk mendukung pembacaan puisi-puisi perjuangan dan kiprah teman-teman seniman,” ujar Ari yang turut membacakan puisi Persetujuan dengan Bung Karno karya Chairil Anwar dengan suara lantang, menggetarkan tembok-tembok museum yang menyimpan seribu cerita.

Sementera menurut Ketua TISI Oktavianus Masheka, pembacaan puisi di Museum Bahari merupakan yang ke-4 dari 6 kegiatan yang direncanakan. “Setelah ini kami akan menggelar pembacaan puisi di Kota Tua dan Kepulauan Seribu,” ujar Octa.

Beberapa seniman dan penyair yang mengisi acara panggung Merah Putih di Museum Bahari adalah Nanang R Supriyatin, Rissa Churria, Imam Ma’arif, Exan Zen, Nurhayati, Dyah Kencono Puspito Dewi, Botke Sulaiman, Giyanto Subagio, Silvy, Nuyang Jaimee, Iyus Jayadibumi, dan lain-lain.

 

Bagikan ke Media Sosial

Hubungi Admin Jika Ingin Meng-copy Konten Website ini