Oleh Ni Made Sri Andani*
Kemarin saya menghadiri sebuah event sastra di FESTIVAL SENEN yang diselenggarakan di Taman HKSN Gelanggang Remaja Senen, Jakarta Pusat.
Festival Senen ini merupakan gagasan dari para seniman dan sastrawan yang tergabung dalam komunitas Sajak Pusat (komunitas Sastra Jakarta Pusat) untuk menghidupkan kembali denyut sastra di Senen yang rupanya pernah menjadi jantung dari kehidupan sastra Indonesia di masa lalu.
Menurut catatan yang saya dapatkan dari Yon Bayu Wahyono yang menjadi Ketua Panitya Penyelenggara FESTIVAL SENEN, Senen yang dulunya menjadi tempat bernaung bagi beberapa nama besar di dunia sastra Indonesia seperti Chairil Anwar, Rivai Apin, SM Ardan, Sobron Aidit, Usmar Ismail, Ajip Rosidi, HB Jassin, Soekarno M. Noor, Misbach Yusa Biran, meredup aktifitas kesusatraanya karena para sastrawan mulai menepi dari Senen menghindari arus debat politik yang semakin mengeras. Kemudian pusat aktifitas sastra berpindah ke Taman Ismail Marzuki yang diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin pada tanggal 10 November 1968.
Menarik untuk disimak
Event Sastra dibuka oleh Ibu Sumi dari Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Pusat, didampingi oleh Yon Bayu Wahyono, dan beberapa sastrawan yang hadir di situ seperti Imam Maarif, Kurnia Effendi, Riri Satria, Rissa Churia.
Selanjutnya acara diisi dengan Fragment Puisi Senen oleh sastrawan asli Betawi Nurhadi Maulana Saibin disertai pasukan bocil-bocil yang menggemaskan, berbaris seperti kereta api jus jus jus.
Dalam fragment ini, yang awalnya saya pikir akan penuh dengan permainan anak-anak, setelah saya simak ternyata penuh dengan kisah sejarah tentang Pasar Senen. Wow! Menarik ini.
Saya baru tahu bahwa Pasar Senen itu dulunya dibangun oleh Yustinus Vinck pada tahun 1733 di atas lahan milik seorang tuan tanah bernama Corrnelis Chastelein. Awalnya bernama Vinck Passer dan hanya dibuka pada hari Senin. Itulah sebabnya mengapa kemudian bernama PASAR SENEN. Walaupun kemudian atas permintaan masyarakat akhirnya dibuka setiap hari.
Berikutnya, acara diisi dengan musikalisasi puisi oleh beberapa anak sekolah dari SMA 77, SMA 67, SMA Kartini dan SMA 30 serta pembacaan puisi dari beberapa penyair , Kurnia Effendi, Julia Basri, Ni Made Sri Andani, Riri Satria, Imam Maarif, Oktavianus Masheka.
Festival yang bertajuk “Dulu, Kini dan Nanti” ini juga dilengkapi dengan hiburan musik dan lagu-lagu betawi, bazaar buku murah dan launching buku Antologi Puisi SMA dan Antologi Puisi Umum.
Festival ini cukup sukses memompa kembali semangat sastra di Senen dan semoga harapan untuk menghidupkan kejayaan Sastra Senen terwujud.
*Ni Made Sri Andani adalah seorang penyair dan juga pelukis.


