ZAMAN

apa yang terlahir dari rahim zaman
selain desa-desa yang telanjang
dan pasrah disetubuhi oleh peradaban
sebelum menjelma (serupa) kota-kota
yang menyala
dan begitu birahi pada cahaya

tanpa kau sadari ada yang tiba-tiba berubah
di ruang kerjamu
di ruang tamumu
di ruang tidurmu
di ruang makanmu
di cara pandangmu
di cara berpikirmu

coba kau ingat, kapan terakhir tanganmu
memegang pena?
sebelum segala sesuatunya kau simpan di
sekotak cahaya
koran-koran tak lagi diterbitkan
sebab segala berita telah dikabarkan
dan hanya perlu didengarkan saja
masih adakah yang perlu dibaca?

apa yang terlahir dari rahim zaman?
selain anak-anak yang cemas pada hujan
dan sangsi pada cahaya matahari
tangannya tak lagi fasih mengulur benang
dan imajinasinya tak lebih tinggi dari
layang-layang, terkurung di sebuah ruang
dengan sepasang yang mabuk oleh
rupa-rupa permainan

apa yang terlahir dari rahim zaman?
selain perubahan
pohon-pohon tumbuh dalam ancaman
jalan-jalan makin padat oleh kendaraan
dan udara yang terus meronta
berebut ruang dengan jelaga
dan juga semesta yang makin terhina
sebelum akhirnya murka
dan menawarkan rupa-rupa malapetaka.

Bekasi, Juni 2023

SAJAK SEPEDA TUA
: ayah

i/
Ia serupa prasasti
Tentang sepasang kaki
Yang tak pernah letih
Mengayuh cinta

Jejaknya menjadi udara
Dan hidangan sederhana
Yang disajikan ibu
Ketika lapar mengetuk pintu

ii/
Ayahku mengayuh doa-doa
Pada sebuah sepeda tua
Berkemeja batik sederhana
Bergegas menuju rumah-Nya
Sebab katanya
Seperti mengayuh sepeda
Kehidupan adalah keseimbangan
Yang terjaga, antara bekerja
Dan menyapa sang maha segala

Bekasi, 2023

 

PERJALANAN

dalam sebuah perjalanan
engkau tak duduk di sebelahku
menemaniku bersembunyi
dari rambu-rambu yang terus
mengawasi
dan bangku di sebelahku
sepenuhnya menjadi milik sunyi

di mana dirimu, tanyaku
ketika matahari lantang
berkabar tentang musim
tentang debu dan angin
atau daun-daun yang menguning
merindukan pelukan hening

masih cukup jauh perjalanan ini
ratusan kilometer lagi
dan aku menempuhnya sendiri
tak serupa duka atau airmata
yang selalu kita bagi dalam porsi
yang sama

tak perlu bersedih jika harus sendiri
katamu suatu ketika, sebab
kelak kita akan menempuh sendiri
sebuah perjalanan menuju sunyi
duka dan airmata hanya milikmu
atau mungkin milikku

tak ada yang duduk di sebelahku
bahkan the police yang bernyanyi
do do do de da da da
tetap saja menyuarakan sepi
pun ketika iwan fals bercerita tentang
berandal malam di bangku terminal
aku masih merasa sendiri

dan ketika laju kendaraan terhenti
ebiet datang mengingatkan
bahwa tak selalu kehidupan ini
kita bawa dengan berlari
ada saatnya kita berdiam diri
merangkai bait-bait puisi

Bekasi-Bandung, 2023

 

BIODATA

Sapto Wardoyo tinggal di Bekasi. Gemar menulis cerpen dan puisi. Hingga saat ini karya-karyanya telah tayang di berbagai media baik cetak maupun digital. Dan juga terangkum dalam beberapa antologi bersama.

 

Bagikan ke Media Sosial

Hubungi Admin Jika Ingin Meng-copy Konten Website ini