Puisi-Puisi A.Rahim Eltara
SECANGKIR PUISI TUHAN
Secangkir puisi Tuhan lebih beralas puitik
Dari seluruh larik syair hidup matiku
Secangkir puisi Tuhan lebih ,menyentuh hulu kalbu
Dari sentuhan sajak para punjangga barat dan timur
Secangkir puisi Tuhan lebih dahsyat
Dari amuk badai dan topan dalam kepalaku
Puisi Tuhan lebih marah dan murka
Jika aku bersenang-senang di atas kencana fana
Puisi Tuhan maha pengasih dan penyayang
Jika aku menjaga ayat-ayatnya yang firman
Dan puisi Tuhan lebih merdu
Dari siulan kenari dan bulbul di pagi hari
Kucicipi puisi Tuhan
Semanis kurma dan delima yang disediakan
Sesegar daging sapi yang ditawarkan
Selezat hati ikan yang disajikan
Kuseruput puisi Tuhan
Senikmat madu yang mengalir dari sungai saihan dan jaihan
Sesejuk kafur yang menetes dari mata air telaga al kautsar
Sehangat air jahe yang diseduh dengan air dari mata air salsabila
Secangkir puisi Tuhan
Kuseruput dengan keyakinan dan keimanan
Sumbawa,4/05/2024
SEBATANG POHON CINTA
sejak kun fayakun
akar-akar menggenggam kesetiaan
menulis cerita di bumi, dan daun-daun
tak pernah berhenti membaca langit
ini bukan pohon khuldi
yang memisahkan jalinan kasih adam dan hawa
adalah pohon cinta yang meneduhkan jiwa
anak-anak yang riang bermain petak umpet
bungalo bagi ibu-ibu yang mengasah kemahiran menyulam
beranda perawan-perawan desa
bergelak tawa memanjakan diri
tiada sesaji tergantung di ranting
tiada pula yang menggaibkan dengan ritual dan mantra-mantra
hanya lambaian daun mengipas-ngipas kalbu dengan bahasa alam
sebatang pohon cinta
tumbuh dalam jiwa yang bernama ketulusan
menjadi rumah anak-anak angin, mengalirkan
puisi yang lebih indah dari ciptaan para pujangga
Sumbawa, 2024
ZIKIR BUAH PEPAYA
ketika hujan pertama
membasahi kebun imajiner
yang terpetakan dalam angan
biji-biji ditanam
dalam gembur kepala
seperti biji tasbih
dihitung air mata
sampai tumbuh dalam jamban keyakinan
dan berbuah iman
lalu kurapalkan nama Tuhan
sembilan puluh sembilan kali:
“mengapa zikirmu lebih manis dari dagingku”
Sumbawa,2024
BIODATA
A.Rahim Eltara, lahir di Sumbawa Nusa Tenggara Barat, 16 Oktober. Penerima Anugerah Bahasa dan Sastra dari Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat. Karyanya dalam bentuk antologi tunggal: Kepak Sayap Rasa (2011), Ladang Kekasih (2018), Air Mata Zikir Sebening Mata Air Cinta (2023), Ibu Doa dan Cinta (2024), selain puluhan antologi bersama.
Aktif di berbagai komunitas sastra seperti Dapur Sastra Jakarta (DSJ), Dari Negeri Poci (DNP), Komunitas HB Jassin, Tifa Nusantara, TISI,