Puisi-Puisi Anto Narasoma
ZIARAH KE KUBURMU, CHAIRIL
lama tak terdengar
karena raib dan hilang
dalam ajal. seperti daun putri malu, yang tersentuh dan kuncup ke liang kuburmu
ya chairil,
dalam ziarah panjang ke kuburmu, kata-kata dalam puisimu berpadu dalam doa
sebab,
tatkala hari-hari membuka ingatan dalam kalbu, kematianmu masih menyebut nama-Nya
meski kau hilang makna
namun kepergianmu
dari sepanjang kata-kata
yang tak lapuk dalam hujan, hanya seribu tahun tanah makammu
membacakan puisi doa
ziarah kubur
ke makammu,
kesunyian diksi membangkitkan sepenggal kata-kata
yang menjadi puisi cinta
Palembang, 14 Juli 2024
MUSISI CINTA
musisi cinta,
adakah lagu-lagu
yang kau gubah dari tiap syair dan perhitungan tempo memgungkap perasaanmu di hatiku?
lihatlah,
tatkala nada-nada mulai mengitari perasaan,
sisi kreativitas menyenandungkan
suasana hati dan kerinduan kita
karena kata-kata cinta
selalu mendekap kerinduan di dalam nada-nada yang kau lantunkan dalam pertemuan kita
lalu,
kau pilih perasaan nada
di antara kemanusiaan, alam, dan jiwa-jiwa
yang menebarkan segala firman di dalam kitab suci-Nya
musisi cinta,
adakah lagu asmara
yang kemarin kau usap
air matanya dalam lagu-lagu pedih itu mengungkap rindu
di pipinya?
Palembang, 13 Juli 2024
MENATAP PIKIRANMU
kau renda pikiran itu, ruwet dan ribet sedangkan warna
dan corak kain sepanjang pikiranmu, terpola menjadi sal yang terkulai di lantai rumah
lalu,
sejumlah seniman mengenakan pikiran itu
di lehernya. meski kusut tak beraturan, tapi uraian makna dalam percaturan politik, berada pada garis netral tak berpihak
dari petak hitam putih sebagai watak, hanya berkisar hitungan inci
tak ada pion dalam kekusutan pikiranmu
karena petak-petak catur yang mengatur tiap strategi pikiranmu adalah kekusutan itu
— teruslah. uraikan keruwetan panjang menjadi kain sal yang patuh pada baik buruk perilakumu sendiri
memang,
hitam putihnya pikiran tampil dari kebeningan hati. semakin bersih dari kedengkian dan keangkuhan,
uraian pikiran akan menghapus kekusutan itu sebagai kesejatian dirimu
Palembang, 15 Mei 2019
Biodata:
Anto Narasoma, lahir di Palembang 16 Juni 1960. Sejak di Sekolah Dasar ia sudah akrab dengan dunia sastra. Setamat SMA ia bergabung dengan Teater SAS Palembang, kemudian Teater Potlot Palembang. Sebagai pekerja teater ia sering ditunjuk sebagai penata musik di beberapa kelompok teater, dan pernah memainkan beberapa peran dalam pertunjukan drama. Sejumlah tulisannya berupa cerita pendek, puisi, artikel telah dimuat di beberapa media cetak terbitan daerah dan pusat. Puisi-puisinya dimuat dalam antologi Ghirah (1992), Bahasa Angin (1994), Menghitung Duka (1988),Empat Wajah (2000), dan Semangkuk Embun (2005. Kini ia bekerja sebagai wartawan Sumatera Eskpres Palembang. Email: antonarasoma@gmail.com Kontak:081367459281, (0711)415263, 415264