Puisi-Puisi Larasati Sahara
SETANGKAI MAWAR
Kau datang seperti fajar di malam hari
Matahari yang membakar hati dan hidupku
Suatu hari aku akan menulis puisi untukmu,
Entah bercerita tentang senja, entah fajar,
Entah tentang secoret purnama
Ketika hujan aku berteduh di matamu
Aku melihat, kau dan aku di sana
Aku dan kau sedang menuangkan kopi
hangat dalam cangkir
Kita tanak di atas api unggun di halaman rumah
Aku ingat sebelum hari ini,
Kau berikan setangkai mawar dalam pelukku
Langit dilanda gemuruh, batu batu runtuh
Sungai, airnya dingin dan berkilau mengalir dalam nadiku
O, sedasyat inikah wangi setangkai mawar dari genggamanmu
Aku ingin menanamnya dengan bahagia
Di bawah jendela kamarku
“Tumbuhlah ia demi rahman dan rahimNya”
Cunda, 310524
ZIKIR
“Subhanallah wal hamdulillah
wa laa ilaha illallah wallahu akbar”
Bersama gunung dan pepohonan
Izinkan aku membuka pintu Al-Qalbku
Menyebut asmaMu, ya Rabb
Singkap selubung gelap dari mataku
Selubung penutup segala kebenaran cinta-Mu
Bersama gelombang dan pasir lautan
Izinkan aku membuka pintu Al-Qalbku
Menyebut asmaMu dengan deras haru, ya Rabb
Nyalakan cahaya keindahan ketika fajar ke malam arang
Kunang-kunang terbakar jadi debu, pupus kemunafikan jiwaku
Bersama batu dan angin di padang gurun
Izinkan aku membuka pintu Al-Qalbku
Dengan tiada kelu aku menyebut namaMu, ya Rabb
Sulut api kebenaran ke dalam hatiku
Menjilati sulur hitam dalam nadiku
Sampai aku terbakar, lenyap, dan tiada
Engkau maha cinta dari segala cinta itu, ya Rabb
“Subhanallah wal hamdulillah
wa laa ilaha illallah wallahu akbar”
Lhokseumawe, 140916
PEMAHAT RAHIM SUNYI
Adakah yang lebih kelam
Dari setangkai jiwa telah lama mati
Sejak mula ia menguliti diri
Benam dibuncah surga duniawi
Di pematang senja yang binal ia lena
Bermain kecipak buih sepi
Adakah lebih kelam
Ketika di bawah kaki sore berkelamin perempuan
Terikat harum pelaminan
Ia larung sampan tanpa arah tujuan muara pun entah
Sedang matahari telah berlaksa hari timbul tenggelam di riak awan
hingga nafasnya tersedak takluk di tangan nestapa
Seorang pemahat rahim sunyi
Menulisi wajah cinta dengan hitam tinta
Di depan pintu seorang perempuan penunggu rumah
Tiada henti menjalin doa, dan
Menjahit koyak hari pipit-pipit kecil
Yang dilahirkannya, dengan tabah dan setia
Seorang penggali rahim sunyi
Jiwa hatinya telah lama mati
Dari tebing karang ia datang memahat ribuan puisi
Dengan suara bidara berhati cahaya kejora
Namun, pucat pasi dengan gigil di terang diri
Seiris pelangi dalam dadanya telah lama basi, mengalir tenang di alir nadi
Seekor gagak bermata pedang
Menanti dengan mata jalang
Mencabik nista membujur kaku dalam diri
Agar ruh kembali putih serupa ketika kali pertama
Mata dapat melihat sungguh, betapa hinanya belukar dunia.
Lhokseumawe, 2016-2024
BIODATA
Larasati Sahara kelahiran Aceh, Tinggal di Aceh. Buku puisi tunggalnya terbit 2016, berjudul ‘Hujan Di Atas Kertas’. Hujan Di Atas Kertas ini juga menjadi bahan skripsi dengan judul : ‘Analisis Struktur Lahir dalam Kumpulan Puisi Hujan Di Atas Kertas karya Larasati Sahara’ yang disusun oleh mahasiswa Fakultas Sastra Universital Syahkuala Banda Aceh, tahun 2017.
Larasati Sahara juga pembina komunitas seni Cilpacastra di kota Lhokseumawe; Wakil Ketua Divisi Puisi pada Komunitas Sastra Lhokseumawe; sebagai participan the Aceh Internasional Poet Summit of 8 Countries, Banda Aceh, 2016; peserta pada temu penyair Kopi Dunia di Gayo, Aceh Tengah. 2016. Juga pernah sebagai juri kegiatan mengarang puisi dalam peringati Tsunami yang ke –IIX oleh BEM Mahasiswa Kesehatan Aceh Utara tahun 2016. Juri penulisan puisi se-Aceh dalam Hari Bahasa oleh Fakultas Sastra Universitas Malikulsaleh (Unimal) Lhokseumawe.
Beberapa buku Antologi Puisi bersama penyair lain: ‘Mengiris Pelangi Menjelma Sepohon Rindu’; ‘Hamami Adaby-Larasati Sahara’ (Banjarbaru-Lhokseumawe, 2011). ‘Sang Penanti’ (Kumpulan sajak, 2011). ‘ Jejak Sajak, Penyair Bengkel Puisi Swadaya Mandiri’ (BPSM, 2012). ‘Talenta Para Pengukir Tinta Emas I : Pujangga-Pujanggi’ (2012). ‘Talenta Para Pengukir Tinta Emas II; Pujangga-Pujanggi (2012). Senandung Alam; Lembah Penyair (2012). ‘Nyanyian Cermin; Hamami Adaby-Larasati Sahara’ (Banjarbaru-Lhokseumawe, 2012). ‘Kidung Rindu I, Penyair Pelangi Sukma’ (2013’) ‘Ketika Kembali Cinta’ (2013). ‘Negeri Laut’ (Negeri Poci, 2015). ‘Pasie Karam’ (Antologi Penyair Nusantara, 2016). Antologi Puisi Qurani (Parmusi, 2016). ‘Matahari Cinta Samudera Kata (HPI 2016); ‘Antologi Puisi Yogya dalam Nafasku’ (2016), Seminar Internasional Sastra Antar Bangsa Indonesia-Malaysia (2016). ‘Kumpulan Puisi Kopi 1.550 mdpl’(2016) ‘Kumpulan Puisi 6,5 SR’ (Luka Pidie Jaya, Penyair Nusantara, 2016); dan ‘Puisi dari Negeri Poci 7’ (Negeri Awan, 2017). Majalah Sastra MAJAS Vol.3 Edisi 1, Tahun 2019.