Puisi-Puisi Shantined

MATAMU

kadang aku pergi ke danau dalam matamu,tanpa kau tahu
kususuri tepinya nan buncah oleh rerumputan
sulur sulur romansa tumbuh penuh rindu
gundukan pematang memagar perdu liar
dan aku berlarian di atasnya
kau mengerjap, jatuhlah aku ke dalam tatapanmu
dari biru kedalamannya , sepasang rembulan bercermin
kadang kecipak, kadang tenang bak pualam
kadang gemuruh ombak bersemayam
aku takluk dalam paduannya
danau dalam matamu, kekasih
pusaran kepayang
berapa rakit yang sudah kususun dari merah bara cinta
dan rindu tetap melolong lolong dari balik tenang alirmu
mari sayang, tenggelamkan aku lebih dalam
lalu tutuplah matamu perlahan
kuncilah aku dalam mimpi sepanjang malam

 

PANTAI

Kemuning yang tiris sore ini di binar matamu, menarikan legenda laut
Asal muasal pasang, sedang angin titah kan surut.
Ada yang janggal. Tapi kubiarkan musim menggelembung di buku buku puisimu
Yang kugenggam dengan segenap getar
Riuh rendah camar, kau tikam dengan kisah anak anak yang berjalan dalam bentang waktu tersembunyi.
Ah, kalaupun kusimpan dalam hati, tak perlu kau tahu itu. Sejenak liuk katamupun menikamku, menikam dengan sangat nikmatnya. Sebab bunga menyembur sebagaimana darah terkucur. Santun dan damai. Dapatkah kau bayangkan wanginya? Kesiur angin lembut mendera menepikan terik matari kedalam pagutmu. Ada yang kutunda, tapi tidak mampu kucegah datangnya.
Aku suka senja. Tapi siang mengurungku. Kusekap tik tak tik tak itu dalam nadiku tapi ia berdetak diam diam. Membatukah ia, sedang lelehnya belum lagi sempurna.
Pasir yang kutaburkan diatas nama nama, akankah lebur dalam debur ombak?
Bayang kita lesap dalam laju kendara
Membawa asap bakar ikan kedalam ransel, bercampur cerita cerita yang tak selesai ku eja.
Pantai selalu begitu, menyimpan karang dan deru yang tak kuketahui darimana ia tiba.

 

SINGGAH

Aku pernah singgah disini
Sejak tangga terakhir pesawat yang kutumpangi
Tanah menyambutku dengan meriah
dentuman peluru,dan lelehan darah
nostalgi nostalgi merayap disela parit menuju kuburmu yang tua
remahan cerita berwarna abu, tersibak di sepanjang dinding kota
Aku berjalan perlahan, menunduk dan menahan
Balada ini belum selesai

Sedu sedan yang terdengar dari balik bilikmu
Mengabarkan luka dalam
Irisan irisan daging digenang cuka
Dan huruf huruf remuk dilumat murka
Itulah,itulah mengapa aku datang menjengukmu

Angin berkibar lagi siang itu
Panas matahari meraung raung , berebut sunyi di tanah ini
Ada yang ingin kubisikkan di nisanmu
: kami masih mencintaimu!

Bontang, agst 2013.

BIONARASI

Shantined:, perempuan penyuka gerimis, suka menulis puisi dan cerpen ini tinggal di Depok Jawa Barat, setelah sebelumnya puluhan tahun menghuni sudut Kalimantan Timur. Mulai berkarya sejak SD dan walaupun kurang produktif, namun setidaknya telah membersamai kurang lebih 50 judul buku antologi bersama puisi dan cerpen. Beberapa kali menjadi juri cipta baca puisi, dan menjadi pembicara di seminar-seminar sastra tingkat kota dan provinsi di Kaltim. Bisa disapa di FB dan IG Shantined.

Bagikan ke Media Sosial

Hubungi Admin Jika Ingin Meng-copy Konten Website ini