PojokTIM – Putri tunggal Chairil Anwar, Evawani Alissa, mendukung sepenuhnya gagasan dan upaya para seniman yang ingin memugar dan membuat museum untuk bapaknya. Dukungan itu ditunjukkan dengan kehadirannya dalam acara ziarah ke makam Chairil Anwar di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang digagas Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) bersama sejumlah seniman dan penyair, Senin (28/4/2025).
Momen itu bertepatan dengan hari wafatnya penyair berjuluk Binatang Jalang yakni 28 April, 76 tahun lampau.
“Saya sangat mendukung pemugaram makan dan pembuatan museum Chairil Anwar. Mudah-mudahan bisa segera terwujud,” kata Evawani yang hadir bersama keluarganya.
Namun demikian Evawani berpesan agar makam bapaknya jangan dipindahkan ke tempat lain. “Makamnya harus tetap berada di Karet karena itu merupakan wasiat seperti yang ada dalam puisinya,” ujar Evawani.
Sementara Ketua TISI Octavianus Masheka mengungkapkan, keberadaan makam Chairil Anwar yang nyempil di tengah pemakaman umum telah lama menjadi keprihatinan banyak pihak mengingat jasanya yang luar biasa, bukan hanya pada puisi dan bahasa namun juga turut menggelorakan nyala nasionalisme anak bangsa lintas generasi, sejak kemerdekaan hingga hari ini.
“Kami ingin Chairil Anwar mendapat tempat yang terhormat. Chairil layak mendapatkan penghargaan. Jika gelar pahlawan masih menjadi polemik, minimal kita perbaiki dulu makamnya, dan kita buatkan museum untuk menyimpan karyanya, dan tulisan-tulisan tentang Chairil, termasuk dokumen skripsi, tesis, dan disertasi tentang Chairil yang jumlahnya puluhan,” ujar Octa.
Masih menurut Octa, pihaknya sudah menggaungkan rencana pemugaran makam dan pembangunan museum Chairil Anwar sejak setahun lalu. Berbagai upaya dan terobosan telah dilakukan antara lain dengan memitigasi persoalan dan mencari lahan di sekitar daerah Karet.
“Saat ini kami sudah menyiapkan desain museum, di mana diharapkan makam Chairil bisa berada di dalamnya,” beber Octa.
Salah satu lokasi yang paling memungkinkan adalah depan pintu masuk TPU karet dari arah Kuningan yang saat ini menjadi lahan parkir. Alternatif kedua, di ekowisata Ciliwung di seberang TPU Karet.
Selain Evawani Alissa dan Octa, hadir dalam acara itu Imam Ma’arif dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), kritikus sastra Maman S Mahayana, sastrawan dan teaterwan Jose Rizal Manua, Ketua Sastra Reboan Aloysius Slamet Widodo, penyair Sofyan RH Zaid, Ewith Bahar, Nanang R Suprihatin, Giyanto Subagio, Dyah Kencono Puspito Dewi, Boyke Sulaiman, Mita Katoyo, Ikhsan Risfandi dan lain-lain.
Cukup Representatif
Menurut Slamet Widodo, yang juga arsitek, lahan di seberang TPU Karet cukup luas dan representatif sehingga cocok untuk museum Chairil Anwar, lengkap dengan panggung untuk kegiatan seni dan sastra.
“Bisa muat untuk 60-80 pengunjung,” ujar Slamet Widodo sambil menunjukkan desain museum Chairil Anwar.
Acara ziarah ke makam Chairil juga diisi dengan diskusi dengan pemantik Ewith Bahar dan Sofyan RH Zaid. “Tidak ada manusia sempurna. Selalu ada sisi baik dan buruk, seperti juga Chairil Anwar. Mari kita apresiasi karyanya saja,” ujar Ewith, penulis buku Chairil Anwar Hidup 1000 Tahun Lagi (2020).
Di akhir diskusi, Maman meminta agar para seniman yang terlibat sejak awal dalam program revitalisasi makam dan museum Chairil Anwar dicatat. “Sebab ini jejak sejarah. Bahkan andai tidak terwujud di masa sekarang, jejak ini tetap penting,” ujar Maman yang selama bertahun-tahun sempat enggan datang ke makam Chairil karena tidak tega melihat kondisinya.