PojokTIM – Penyair bukan manusia terasing. Penyair, sebagaimana manusia lainnya terkadang hadir dalam keramaian maupun dalam kesendirian. Kesendirian, memungkinkan seorang penyair akan lebih khusyuk bercakap dengan Sang Khalik. Penyair akan menyuarakan kata hatinya berdasarkan pengalamannya — baik melalui kehidupan konvensional maupun kehidupan transedental.
Upaya Sofyan RH Zaid dalam kesendirian ialah berusaha menempatkan keduanya: Kehidupan dunia (konvensional), dan kehidupan pribadi (transedental) menjadi sumber yang menginspirasi. Secara samar-samar, penyair telah mengajarkan pada kita (baca: pembaca) untuk berserah diri pada ‘junjungan’ dengan diksi-diksi sederhana namun menusuk tubuh (Doa Pembuka diri, hal.3). Dengan narasi pendek, namun dalam maknanya (Tasawuf III, hal. 14). Dan permainan kata pada puisi “Sebelum Tidur” (hal. 59), mengingatkan saya pada suatu celetukan yang ‘banal’ (bengal, kbbi).
Ke-banal-an Sofyan ternyata bukan saja terungkap ketika beliau mengutip statemen Sastrawan Dunia saat melahirkan kumpulan esai “Kaidah Puisi dan Akidah Kepenyairan” (2022), namun juga terselip percakapan dengan diri sendiri yang bagi saya mesti dipahami dengan cerdas (Aku Kini Mengerti, hal. 36).
Lepas dari kekurangcermatan saya dalam mengamati puisi-puisi yang terhimpun di “Khalwat”, harus saya akui bahwa Sofyan RH Zaid telah membawa pencerahan melalui diksi dan metafora pada puisi-puisinya. Ini kumpulan puisi karya Sofyan pertama yang saya sentuh, meskipun sebelumnya ia sudah menerbitkan “Pagar Kenabian” (2015) — dan saya belum membacanya.
DATA BUKU
Judul : Khalwat
Penulis : Sofyan RH Zaid
Penerbit : Tarebooks Taresia
Tahun Terbit : Februari 2024
ISBN : 978-623-88638-5-3
Tebal : xii + 69 halaman