Oleh: Budi Sumarno
Di penghujung tahun 2024, momen ini menjadi waktu yang tepat untuk merefleksikan perjalanan PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia), organisasi yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ekosistem perfilman tanah air sejak 10 Maret 1956. Bagi saya pribadi, menjadi bagian dari organisasi ini adalah suatu kebanggaan, sekaligus tanggung jawab besar untuk berkontribusi demi keberlanjutan dan perkembangan PARFI ke arah yang lebih baik.
Sejarah mencatat, PARFI didirikan oleh tiga tokoh besar perfilman Indonesia: Usmar Ismail, Djamaludin Malik, dan Suryo Sumanto. Ketiganya membawa visi luhur untuk membangun dunia perfilman tanah air melalui keberadaan sebuah organisasi yang menaungi para pekerja seni film dari berbagai profesi.
Pada awalnya, istilah “artis” dalam PARFI tidak hanya merujuk pada aktor dan aktris, tetapi mencakup semua seniman film, mulai dari sutradara, penata fotografi, artistik film, hingga penyunting gambar. Namun, dalam perkembangannya, keanggotaan PARFI menyempit menjadi organisasi yang khusus menaungi aktor dan aktris.
Sebagai organisasi yang telah melampaui usia 68 tahun, PARFI memiliki sejarah panjang dengan berbagai tantangan dan dinamika. Oleh karena itu, refleksi terhadap masa lalu, evaluasi terhadap kondisi saat ini, serta perencanaan untuk masa depan adalah hal yang sangat penting dilakukan demi menjaga relevansi dan peran PARFI dalam industri perfilman Indonesia.
PARFI tidak bisa dilepaskan dari tiga tokoh pendirinya yang telah di sebutkan di atas, mereka tersebut memiliki kontribusi luar biasa dalam perfilman Indonesia.
- Usmar Ismail, yang dijuluki Bapak Film Indonesia, dikenal sebagai pelopor sinema nasional dengan karya-karya fenomenalnya, seperti Darah dan Doa.dan telah di anugrahi sebagai Pahlawan Nasional sesuai Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 109 TK/2021 tentang penganugerahan gelar pahlawan nasional.Pemberian gelar akan dilakukan di Istana Bogor tepat ketika Hari Pahlawan 10 November 2021.
- Djamaludin Malik, Bapak Industri Film Indonesia, adalah sosok yang menggabungkan seni dan bisnis untuk meletakkan dasar industri perfilman modern di Indonesia, penggagas Festival Film Indonesia, Direktur perusahaan film Persari,
- Suryo Sumanto, Bapak Artis Indonesia, adalah ketua umum pertama PARFI. Sebagai sastrawan dan wartawan, ia berperan penting dalam membangun fondasi organisasi yang menghargai semua pekerja seni tanpa terkecuali.
Tiga tokoh ini tidak hanya mendirikan PARFI sebagai wadah bagi insan perfilman, tetapi juga menanamkan nilai-nilai profesionalisme dan kebanggaan akan karya seni sebagai identitas bangsa, hal inilah yang menjadikan penulis ingin menyampaikan sedikit uneg-unegnya untuk parfi kedepan, dengan melihan DNA semangat dari para pendirinya.
Dalam periode 2020-2024 di bawah kepemimpinan Ibu Alicia Djohar dan Gusti Randa sebagai sekretaris umum, PARFI berfokus pada penguatan tata kelola organisasi. Salah satu upaya yang menonjol adalah edukasi mengenai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) kepada pengurus dan anggota. Sebagaimana rukun iman dan rukun Islam menjadi panduan dalam kehidupan beragama, AD/ART adalah pedoman penting dalam menjalankan organisasi.
Namun, upaya ini tidak selalu berjalan mulus. Usaha dan niat baik tersebut belum tentu bisa di terima dengan baik pula serta di pahami. Banyak pengurus dan anggota yang kurang memahami isi AD/ART secara mendalam. Fenomena “sudah biasa”mengikuti pola terdahulunya sering kali menjadi penghalang terbesar, di mana aturan dianggap formalitas belaka. Ketidakpahaman ini menciptakan budaya organisasi yang kurang profesional. Sehingga bermunculan saling menyalahkan dalam tatakelola organisasi yang bukan berdasarkan pada aturan yang sudah ada, namun pada apa katanya, dan mengikuti pola lama, bagaimana mau menjadi bagian dalam organisasi namun tidak mau masuk dan terlibat mengikuti aturan yang ada, Meski demikian, dinamika yang terjadi juga menjadi indikasi adanya kepedulian dari anggota terhadap PARFI.
Perbedaan pendapat dan kritik yang muncul mencerminkan cinta terhadap organisasi ini, meskipun terkadang ekspresinya belum terarah. Kondisi anggota Parfi Saat Ini merupakan sebuah tantangan Internal,banyak anggota yang kurang memahami fungsi dan struktur organisasi, sehingga PARFI sering terjebak dalam konflik internal. PARFI berisiko kehilangan relevansi dan kredibilitas, terutama jika tetap terjebak pada pola lama yang kurang inovatif.
Anggota potensial, khususnya dari generasi muda, akan lebih memilih bergabung dengan komunitas atau organisasi lain yang lebih progresif.
Dalam melaksanakan kegiatan jangan Ketergantungan pada kegiatan seremonial tanpa memberikan manfaat konkret bagi anggota.
Langkah Transformasi: Menuju PARFI yang Profesional dan Bermartabat
Penulis ingin sekali memberikan saran dan masukan dalam kepengurusan nanti, siapapun yang akan menjadi calon Ketua umum, PARFI harus terus berkembang untuk menjawab tantangan zaman. Beberapa langkah strategis yang perlu ditempuh adalah:
- Edukasi Berkelanjutan
Membuat program pelatihan dan sosialisasi AD/ART agar pengurus dan anggota memahami dan mengaplikasikan tata kelola organisasi secara profesional. Mengakreditasi anggota yang berprestasi dengan sertifikat kompetensi yang diakui industri. Menjadikan pelatihan dan pengembangan anggota sebagai prioritas, termasuk pelatihan akting, manajemen seni, dan literasi digital.
- Program Berorientasi Kesejahteraan Anggota
Merancang program yang tidak hanya mendukung pengembangan karier, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan anggota. Menjadi organisasi yang aktif memperjuangkan hak dan kesejahteraan artis, termasuk kontrak kerja yang adil dan perlin dungan hukum.
- Regenerasi dan Transformasi Kepemimpinan
Melibatkan generasi muda dengan pendekatan yang lebih modern dan inovatif untuk membawa ide-ide segar ke dalam organisasi.
- Pemanfaatan Teknologi Digital
Memanfaatkan platform digital untuk membantu bidang humas serta memperkuat komunikasi, meningkatkan partisipasi anggota, dan memperluas jaringan PARFI di era digital.
- Kolaborasi dan Kemitraan
Bekerja sama dengan berbagai organisasi perfilman nasional bahkan internasional untuk meningkatkan daya saing dan memperjuangkan hak-hak pekerja seni. Terlibat dalam pembentukan regulasi yang mendukung pertumbuhan industri film nasional.
Sebagai bagian dari kepengurusan PB. PARFI periode 2020-2024, saya merasa terhormat bisa ikut serta dalam upaya membangun organisasi ini. Tulisan ini bukan sekadar kritik, tetapi juga harapan tulus agar PARFI dapat terus bertransformasi menjadi organisasi yang profesional, kompeten, dan bermartabat. Dengan memahami dan menjalankan nilai-nilai yang diwariskan oleh para pendiri, saya percaya PARFI akan tetap menjadi rumah bagi insan perfilman Indonesia dan terus memberikan kontribusi besar bagi kemajuan seni budaya nasional. Mari kita jadikan PARFI lebih dari sekadar organisasi, tetapi sebagai simbol kebanggaan dan identitas perfilman Indonesia.
Jakarta, 20/11/2024.
*) Budi Sumarno, Praktisi Perfilman dan Sekretaris Bidang Pendidikan, Pelatihan, dan Program PB. PARFI Periode 2020-2024