Puisi-Puisi Aming Aminoedhin

SURABAYA PENUH WARNA

Sepanjang pinggir-pinggir jalanan penuh
warna, panas mentari siang tak bisa ditawar.
Waktu berjalan terus mengejar. Jalanan kota
macet kendaraan begitu padet, peta alamat
tak tercatat. Hingga lupa arah laku jalan
mengarah, lewat segala tanya berkali-kali salah.

Surabaya memang penuh warna, indah
penuh bunga-bunga. Agustus tiba, berjuta
merah putih terpasang di kampung-kampung
hingga gerbang kota. Barangkali memang
meriah, tapi adakah kota ada yang salah?

Kata sopir angkot, benar ada yang salah.
Kami didepak dari jalanan oleh bus merah.
Ada lagi lebih parah, nama alun-alun
tapi berada di bawah tanah? Siapa
yang salah? Tak bisa terjawab
oleh kibaran bendera di bulan merdeka.

Mojokerto, 16/08/2024 (05.27)

LAMPU-LAMPU JAKARTA

Lampu-lampu malam pada gedung-gedung
jangkung kota Jakarta, bagai kunang-kunang
di kampungku. Indah warna-warni kulihat
dari lantai empat hotel itu. Malam serasa
terus terjaga tak mau pejam meski:
ada hujan, riuh suara kendaraan lalu-lalang
tanpa henti. Bikin bising mungkin pening?

Kejap lampu pada gedung jangkung-jangkung itu,
tampak bisu saat malam telah tua. Tapi bicara
pada hatiku, terbaca pilu sunyi. Saat tiba ada waktu
kuterjaga mimpi malam ini. Adakah yang lebih
bisu, lampu atau hatiku?

Barangkali mimpi indah warna-warni kampung,
bisa diusung pulang esok pagi. Berkemas pagi
hingga siang, lalu pada senja bisa melenggang
tanpa gamang. Pada senja itu pasti ada derak
suara kereta, terdengar seperti nyanyian riang.
Hati memuat berjuta rasa senang.

Jakarta, 25/06/2024 (23.58)

G A M B I R

Derak roda-roda kereta gemertak itu
terus bersuara, mengejar pagi kota Jakarta.
Suara itu bawa mimpiku, jauh lampaui
hari-hari kemarin berlari. Seperti
tak percaya, tapi nyata.

Derak roda-roda kereta itu berhenti, ketika
tiba di Gambir. Hiruk-pikuk desakan
alir penumpang semua bergegas, seperti
ada yang lepas.

Entah apa diburu, tak begitu tahu?
Gambir pagi hari, terasa sulit tulis
baris-baris puisi. Di luar stasiun, di bawah
rindang pohonan. Ada asap rokokku,
terbaca ngungun.

Jakarta, 23/06/2024 (07.37)

BIONARASI

Aming Aminoedhin adalah nama pena Mohammad Amir Tohar yang lahir di Ngawi, 22 Desember 1957. Alumni Fakultas Sastra, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Aktif kegiatan teater, dan pernah menyandang predikat “Aktor Terbaik” Festival Drama Se-Jatim Tahun 1983 dari Teater Persada Ngawi pimpinan Mh. Iskan. Pernah Menjabat Biro Sastra – Dewan Kesenian Surabaya. Ketua HP-3-N (Himpunan Pengarang, Penulis, Dan Penyair Nusantara) Jatim, Koordinator FASS (Forum Apresiasi Sastra Surabaya), dan Penggagas Kegiatan Malam Sastra Surabaya Atau “Malsasa” Di Dewan Kesenian Surabaya. Punya Predikat ‘Presiden Penyair Jatim’ dijuluki oleh Profesor Doktor Suripan Sadi Hutomo, almarhum. Kini ketua komunitas FSBS (Forum sastra Bersama Surabaya).

Ikut Temu Penyair Jateng di Semarang (1983), Temu Penyair Indonesia di Taman Ismail Marzuki Jakarta (1987). Puisinya: Surabaya Post, Berita Buana, Republika, Singgalang, Sriwijaya Post, BanJarmasin Post, Jawa Pos, Solo Pos, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Bali Post dll. Termuat juga Majalah: Zaman, Horison, dan Basis.
Alamat: Puri Mojobaru Az-23 Canggu, Kecamatan Jetis – Mojoketo 61352

Bagikan ke Media Sosial

Hubungi Admin Jika Ingin Meng-copy Konten Website ini