IBU DI MATA A. RAHIM ELTARA
Oleh Nanang R. Supriyatin
KASIH IBU
Helen Steiner Rice
Cinta seorang ibu adalah sesuatu
yang tak seorang pun bisa menjelaskannya,
Itu terbuat dari pengabdian yang mendalam
dan pengorbanan dan rasa sakit,
Cintanya tidak ada habisnya dan tidak mementingkan diri sendiri
serta tetap bertahan apa pun yang terjadi,
Karena tidak ada yang bisa menghancurkannya
atau mengambil cinta itu,
Ibu seorang yang sabar dan pemaaf
ketika semua yang lain meninggalkan,
Dan cinta Ibu tidak pernah gagal atau terputus-putus
Helen Steiner Rice adalah seorang Penyair kelahiran Ohio Amerika Serikat pada 19 Mei 1900, dan meninggal dunia pada 23 April 1981.
Puisi bertema ibu di atas bukan saja ditulis Helen Steiner. Hampir semua penyair Indonesia menulis puisi tentang ibu, di antaranya ada nama Chairil Anwar, Emha Ainun Nadjib, K.H. Mustofa Bisri, Isbedy Stiawan Z.S. hingga Joko Pinorbo.
Ibu dalam pandangan A. Rahim Eltara, seperti juga penyair lainnya, memiliki sesuatu yang sakral. Jejak ibu akan terbaca jelas setelah kita membaca puisi-puisi yang mayoritas bicara tentang ibu, yang ada di kumpulan puisi “Ibu Doa dan Cinta”. Dimulai dari puisi berjudul “Dari Dapur Ibu”. Penyair yang coba bernostalgia, mengingatkan kembali kenakalannya sebagai seorang anak. Namun tidak demikian bagi ibu. Ibu selalu santun menjaga dan menyangi anaknya. Ibu selalu memahami apa yang dilakoni sang anak.
Dari dapur ibu
Aku melihat masa bocahku
Merangkak menghampiri ibu
Bakul sayurnya tumpah di tangan mungilku
Tawa riangku berserakan di lantai
Lalu ibu mengusap ubun-ubunku sambil tersenyum
Tak kujumpai murah menyelimuti wajahnya
Dari dapur ibu
Kutemukan jejak nakalku
Piring-piring yang ditiriskan berantakan
Suara girangku pecah di lantai
Ibu mencubit pipiku dengan gemas
Lalu merangkulku dengan wajah penuh kasih
Tak kutemukan kemarahan bersemayam di matanya
Dari dapur ibu
Teringat tangis manjaku tanpa air mata
Menarik-narik selendang ibu yang lagi memasak
Minta digendong dan didendang ninabobo
Lalu ibu memelukku dalam teduh dadanya
Tak kurasa denyut jantungku memendam kesal
Kubayangkan kedalaman cinta ibu
Tak dapat diukur dengan hidangan usiaku
Tak dapat dijangkau dengan sekolah tinggiku
Tak dapat dilampaui dengan ketulusan yang
kusimpan di dada
Karena ibu dari cintaku
Adalah ibuku
Sumbawa, 2024
Kewajiban berbakti dan memuliakan ibu tentu harus seorang anak lakukan karena ia lah yang sudah mengandung selama sembilan bulan, melahirkan, menyusui, hingga mengurus anaknya hingga dewasa. Perintah memuliakan ibu langsung dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 14 yang kira-kira berbunyi,
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Dalam puisinya yang lain, penyair menulis,
IBU DOA
ibu doa
lidahmu senantiasa basah
mengulum buah zikir
dalam tasbih (Subhanallah)
dalam tahmid (Alhamdulillah)
dalam takbir *Allahu Akbar)
dan dalam tahlil (Lailaha Illallah)
kalbumu bermata air cinta
melisankan doa yang mawar
bening embun di mata perdu
memupus dahaga telaga batinku
teduh pangkuanmu, seteduh telaga al kautsar
pelarian sedu sedanku
tumpuan kesedihanku
pencarian kehangatan dan kegembiraanku
hanya padamu kutemukan seihan dan jeihan
ibu doa
lahir dari rahim air mata
bersemayam dalam lubuk ihsanmu
tanpa ragu engkau bermohon
dadamu rimbun bunga cinta
karena engkau ibuku
dan ibu
dari doa-doaku
Sumbawa, 2023
Rasulullah SAW pun mengatakan bahwa ibu kedudukannya lebih tinggi daripada ayah. Hal tersebut diriwayatkan oleh Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi ra, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari)
“Ibu Doa dan Cinta” menghimpun 55 puisi. Selain bicara tentang ibu, beberapa puisi juga bicara tentang ramadan, penggambaran suasana yang ditulis dengan bahasa naratif – termasuk tentang kematian.
A.Rahim Eltara termasuk penyair produktif, yang puisi-puisinya banyak ditemukan di media cetak maupun media online. Ia lahir di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, 16 Oktober. Belajar menulis secara otodidak sejak di bangku sekolah menengah. Selain menulis puisi, ia pernah aktif berteater, melukis, menulis cerita pendek dan resensi buku. Pada saat ini Rahim Eltara tergabung di grup whatt shapp Dapur Sastra Jakarta, Dari Negeri Poci, Komunitas H.B. Jassin dan lainnya.
DATA BUKU
Judul : Ibu Doa dan Cinta
Penulis : A. Rahim Eltara
Penerbit : Teras Budaya, Jakarta
Tahun Terbit : Maret 2024
ISBN : 978-623-8428-20-5
Tebal : x + 66 halaman