Puisi–Puisi Ridwan Jampang
KOPI HITAM
tiap butir kopi yang kita seduh selepas subuh
adalah tetesan keringat petani pribumi
yang dihisap aroma tubuhnya oleh para kompeni
juga para kuli metik kopi yang kakinya diseruput lintah bermata biru
secangkir kopi yang dihidang pagi dan petang
harumnya telah lama hilang
pahit dan asamnya kafein sudah laku terjual sepanjang malam
dijajakan di pinggiran Braga hingga remang-remang Lembang
yang tersisa hanyalah ampas
tercecer di sekujur gelas penuh retakan
dan kita terus mengocek kopi hitam
hingga kehilangan pekatnya
Jampang, Juni 2024
TANAH TUMPAH DARAH
kita sejatinya gumpalan tanah yang dikumpulkan
dihimpun dari seluruh penjuru
lalu ada yang mengeras ditempa bara
sebab di ceruk hati, anak-anak api dipelihara
karuhun telah meninggalkan tanah yang anggun
melucuti pakaian suci
lalu dilempar ke ruang kasar
pada sehampar sahara dimana riuhnya angkara digelar
kita sejatinya gumpalan darah
yang dibungkus kesempurnaan agar tak berhamburan
maka semestinya tak ada yang saling menumpahkan
jika bukan karena disayat keserakahan
*) karuhun dalam bahasa Sunda : leluhur
Jampang, Juni 2024
NEGERI YANG DICURI
sayat nyanyian nyeri di tepi-tepi negeri
merawat bendera yang telah koyak,
sedangkan kita asik menari-nari
di meriahnya ruwat bahari. di sisi yang lain
para pencuri mengendap dari bilik-bilik suara
menyelinap ke lubang pintu dan sela-sela jendela
lalu berleha-leha di meja kerja
masuk seperti asap, lalu menguap tanpa suara
tiba-tiba mereka merangsek mengisi ruang-ruang sidang
kata-kata membuncah berhamburan
di meja-meja, di lantai berserakan
lalu dikumpulkan di berkas-berkas kebijakan
sebagian terperanjat di balik meja
tergopoh-gopoh, sebab waktu tidur telah usai
Namun semua sudah terlambat tuan
jutaan rakyat terancam mati hari ini
kepalanya pecah dihantam palu keputusan
sedangkan kau masih asik ngopi dan menari-nari
bersama tawa riang para pencuri
Jampang, Juni 2024
BIODATA
Ridwan Jampang (Mang Ridwan) berasal dari Sukabumi. Mengajar di SMAN 1 Jampangkulon Kab. Sukabumi. Esaynya dimuat di KOMPAS dan SINDO tahun 2007. Puisi-puisinya juga dimuat di beberapa media cetak dan online. Terlibat dalam penulisan buku Bersama, Sebagian diantaranya yaitu : Antologi Puisi Pelangi Cinta (2020), Pandemi Puisi (TB, 2020), Para Penuai Makna (TB, 2020), Reda (2020), Antologi Puisi Tanah Air Puisi (Yayasan HPI, 2020), Antologi Puisi Bersama 5 negara ASEAN C-ANTAGONIS (Malaysia, 2020), Antologi puisi “Perempuan Pengantin Puisi dan Opera Tujuh Purnama” Obituari Mengenang Yoevita Soekotjo (JSM, 2021), Perang Pecah lagi Di Gaza (Satupena, 2023), dan Antolgi puisi Democrazy (TB 2024)