PojokTIM – Kepala Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur Berkah Shadaya mempersilakan Gedung Pusat Pelatihan Seni dan Budaya (PPSB) Kisam Djiun dijadikan tempat latihan dan kegiatan oleh komunitas seni dan budaya. Terlebih saat ini PPSB Kisam Djiun telah memiliki fasilitas lengkap, termasuk tata suara, lighting dan pendingin ruangan.
“Jangan jadikan tampil di TIM sebagai ukuran kesuksesan. Mari berkesenian di wilayah masing-masing dan hidupkan ekosistem dari bawah,” ujar Berkah saat membuka Festival Komunitas Purnama dari Timur, di gedung PPSB Kisam Djiun, Jalan Haji Naman Nomor 17, Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Rabu (5/11/2025) sore.
Menurut Berkah, di wilayah kerjanya terdapat 300 sanggar dan komunitas seni budaya. Hal itu merupakan potensi besar yang harus dikembangkan bersama. Oleh karenanya, sejak 2023 Sudin Kebudayaan Jakarta Timur terus memperbaiki berbagai fasilitas di gedung PPSB mulai dari kebutuhan dasar seperti listrik dan fasilitas umum, hingga peremajaan sound system dan pencahayaan.
“Tujuan kami agar gedung ini menjadi pusat pelatihan dan kegiatan seni budaya bagi masyarakat. Kami ingin mengembalikannya untuk para seniman, terutama sanggar-sanggar yang berada di bawah pembinaan Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur,” tuturnya.

Kepala Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur Berkah Shadaya. Foto: PojokTIM
Sebelumnya, Ketua Pelaksana Festival, Ihwal Benz Satriadji mengungkapkan, kegiatan tersebut merupakan bentuk kerja sama Komisi Simpul Seni DKJ dengan sejumlah komunitas seni di Jakarta Timur.
“Awalnya sudah ada 13 komunitas yang siap ikut meramaikan festival. Namun setelah tanggal pelaksanaan dimajukan dari tanggal 9 menjadi hari ini, ada beberapa komunitas yang mundur karena jadwalnya bentrok dengan kegiatan di tempat lain.” ujar Ihwal.
Menurutnya, festival yang mengangkat tema Kepahlawanan: Cinta dan Perdamaian, selain diisi dengan pementasan seni dari komunitas lintas bidang, juga menghadirkan diskusi budaya, pertunjukan kolaboratif serta orasi budaya oleh Ikhsan Risfandi (IRZI).
Adapun komunitas yang terlibat adalah Komunitas Sastra Jakarta Timur (KSJT), Aksara Timur, Teater Al-Kautsar, Teater Moksa, Komunitas Diponegoro, Komunitas Mural Jakarta Timur, Rumah Literasi 45, Rumah Baca Ceria, Komunitas Kampung Dongeng Jakarta Timur, Komunitas Fotografi, dan Angklung MTN Jakarta Timur.
Tumbuh Organik
Di tempat yang sama, Aquino Hayunta dari Simpul Seni menyampaikan apresiasi atas dukungan dan fasilitas yang diberikan oleh Sudin Kebudayaan Jakarta Timur terhadap kegiatan seni di wilayahnya. Ia menegaskan bahwa kegiatan seni seharusnya tumbuh secara organik dan dekat dengan masyarakat, bukan hanya berorientasi pada acara besar atau seremoni.
“Dulu DKJ sempat datang ke tempat ini, memberi masukan dan juga kritik. Banyak yang bertanya, DKJ kerjanya apa saja kalau tidak turun ke bawah? Karena itu, sekarang kami ingin lebih sering hadir langsung di wilayah untuk melihat ekosistem seni tumbuh dari masyarakat,” ujar Aquino dalam sambutannya.

Aquino Hayunta dari Simpul Seni DKJ. Foto: PojokTIM
Aquino menambahkan, tidak semua kegiatan seni harus dikemas dalam bentuk pertunjukan besar. Kegiatan kecil seperti diskusi, pertemuan, atau sesi berbagi pengalaman antarseniman justru dapat menciptakan suasana yang lebih hidup dan berkelanjutan.
“Tahun depan kami ingin membuat kegiatan yang lebih organik, tidak harus setahun sekali, tapi bisa berlangsung terus-menerus di tengah masyarakat,” jelasnya.
Aquino juga menyinggung pentingnya menjadikan seni sebagai sarana pembinaan karakter generasi muda. Ia menilai, jika anak-anak muda diberikan ruang untuk berkreasi dan berkesenian, mereka akan memiliki orientasi positif dan jauh dari perilaku negatif seperti tawuran.
“Cukup berikan ruang bagi anak-anak muda untuk berkesenian, agar mereka lupa akan hal-hal destruktif seperti tawuran. Dengan seni, mereka bisa terintegrasi dengan masyarakat,” ucapnya. (RC)





