PojokTIM – Inisiatif-inisiatif untuk memperingati dan merayakan sastra sangat penting sebagai penanda bahwa kesusasteraan Indonesia berkontribusi dalam perjalanan sejarah bangsa. Demikian juga dengan perayaan Hari Puisi Nasional (HPN) dengan tema Semangat Pemberontakan dan Pembaharuan Si Binatang Jalang yang memberi penanda dengan mengingat tanggal wafatnya seorang penyair besar Chairil Anwar pada 28 April 1949.
“Peringatan dan perayaan puisi seperti HPN akan memperpanjang ingatan seseorang pada puisi, dan mendekatkan masyarakat pada karya sastra. Kementerian Kebudayaan menyambut baik dan mendukung inisiatif-inisiatif seperti ini. Kami berkomitmen memberikan posisi pada puisi atau karya sastra lain untuk terus dilakukan pengembangan dan pemanfaatannya,” ujar Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon saat memberi sambutan melalui video pada puncak perayaan HPN yang digelar di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (29/4/2025).
Untuk mendukung komitmen tersebut, demikian Fadli Zon, Kementerian Kebudayan telah menyusun serangkaian program prioritas dalam menjalankan komitmen tersebut mulai dari merancang program penguatan ekosistem sastra Indonesia, sampai dengan mempromosikan di luar negeri.
Fadli Zon, yang juga seorang sastrawan, sempat menyinggung puisi-puisi Chairil Anwar yang tidak bisa dilepas dari sejarah puisi modern Indonesia. Perjalanan hidup dan karya-karya Chairil terhubung dengan dinamika kemerdekaan Indonesia. Melalui puisi-puisinya Chairil menunjukkan semangat nasionalisme, patriotisme, dan nilai-nilai perjuangan seperti dalam puisi klasik berjudul Kerawang-Bekasi, Diponegoro, dan Prajurit Jaga Malam. Bahkan puisi berjudul Siap Sedia yang ditulis tahun 1943, membuatnya mendekam di penjara, karena penjajah mengangap puisi tersebut propaganda melawan kekuasaan.
“Oleh A Teeuw, Chairil dianggap sebagai penyair Indonesia yang sempurna. Puisinya dipandang sebagai metafora peluru yang menghujam jantung kekuasaan penjajah. Meskipun umurnya pendek tetapi puisi-puisi terus bergema,” terang Fadli Zon yang malam itu membacakan puisi Chairil berjudul Sia-sia.
Menteri Ekonomi Kreatif HT Riefky Harsya turut memberikan ucapan selamat melalui video dan mendukung sepenuhnya kegiatan HPN. Kementerian Ekraf, berharap kegiatan HPN dapat memberikan inspirasi untuk terus mencintai dan melestarikan karya sastra Indonesia serta memupuk rasa bangga pada kebudayaan Indonesia yang beragam.
“Teruslah berkarya dan menjadikan puisi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan bagi bangsa,” ujar Riefky.
Taufiq Ismail saat membacakan puisi karyanya. Foito: PojokTIM
Hal senada dikatakan Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Saifudian. “Mari rayakan puisi bukan hanya sebagai karya seni tapi cermin hati dan nurani bangsa. Semoga dari Taman Ismail Marzuki, kata-kata kembali tumbuh menjadi pohon-pohon harapan, yang akarnya kuat menembus bumi pertiwi, daunnya menari di atas langit Indonesia yang indah,” ujar Hatifah.
Sementara Imam Ma’arif dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) menegaskan dukungannya pada semua komunitas seni dan sastra untuk terus berkarya. “Haraoan saya, HPN terus berkegiatan. Jangan hanya ramai saat pembentukan, namun setelahnya sunyi,” kata Imam.
Meriah
Puncak peryaan Hari Puisi Nasional 2025 berlangsung meriah. Acara dibuka dengan musikalisasi puisi oleh Komunitas Musikalisasi Indonesia (KOMPI) yang membawakan salah satu puisi Chairil Anwar berjudul Derai-derai Cemara.
Menurut Ketua Pelaksana Devie Matahari, HPN lahir berkat semangat empat inisiatornya yakni dirinya, Fikar W Eda, Mustafa Ismail dan Remmy Novaris DM yang didorong keinginan untuk mewadahi komuniats-komunitas sastra yang tumbuh di berbagai daerah dengan menciptakan ruang-ruang kreatiftas yang diharap dapat melahirkan Chairil-Charil baru.
“Perayaan HPN sudah berlangsung sejak 12 April, termasuk menggelar upacara seniman dan diskusi di PDS HB Jassin pada 28 April kemarin,” ujar Devie.
Gaya Sutardji Calzoum Bachri saat membaca puisi pada acara HPN. Foto: PojokTIM
Selain pembacaan Surat Kepada Chairil Anwar oleh Mahwi Air Tawar, Orasi Sastra oleh Mustafa Ismail, serta Deklarasi Kembali Hari Puisi oleh inisiator BPN, puncak perayaan HPN juga diisi dengan pembacaan puisi oleh Sekretaris Kementerian Ekonomi Kreatif Dessy Ruhati, Dirjen Bina Adwil Kemendagri Safrizal ZA, Stafsus Menteri Kebudayaan Nissa Rengganis, Taufiq Ismail, Sutardji Calzoum Bahri, dan Anto Baret.
Tampil juga Ahmadun Yosi Herfanda, Helvy Tiana Rosa, Kunni Masrohanti, Ratna Ayu Budhiarti, Iin Zakaria, Ical Vrigar, hingga Mantra Gurindam Smaratungga dan Narima Beryl Ivana.
Sedang musikalisasi dan pertunjukan puisi, selain KOMPI, juga dari komunitas sastra Tersajakkanlah, Atelir Ciremai, Kebon Awi SMAN 1 Ciomas, dan SMP Cikal Harapan 2 Jonggol, Bogor yang membawakan tiga puisi diiringi alat musik modern dan tradisional.