PojokTIM – Daerah Khusus Jakarta telah lama ditetapkan sebagai Kota Literasi (City of Literature) oleh UNESCO, tepatnya sejak 8 November 2021. Mirisnya, kegiatan sastra yang mencirikan hal tersebut masih sangat minim, termasuk ketiadaan festival sastra di Jakarta. Hal itu tentu perlu diperjuangkan oleh para penggiat kesenian, khususnya sastra, penetapan Kota Literasi tidak berhenti sebatas label.

“Kegiatan sastra di Jakarta masih bersifat sporadis, hanya dilakukan oleh komunitas-komunitas seni yang masih memiliki kepedulian dan militansi. Oleh karenanya, kegiatan itu hanya menggema di ruang-ruang terbatas dan tidak berdampak signifikan pada pengembangan sastra di Jakarta,” ujar Anto RistarGie, pendiri Kosakata (Komunitas Sastra Jakarta Barat), bersama Jose Rizal Manua dan Octavianus Masheka.

Kepada PojokTIM di Plaza Museum Fatahillah Kota Tua, Jakarta Barat, Jumat (18/4/2025), Anto menjelaskan, Kosakata merupakan anak kandung Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat yang didirkan pada 1 September 2023. Oleh karenanya Kosaka concern pada pelatihan dan pengembangan sastra, termasuk di sekolah melalui Klinik Sastra.

“Sejak 2024 Klinik Sastra Kosakata sudah memberikan workshop sastra ke 6 sekolah di Jakarta Barat dengan melibatkan 48 siswa. Kami senang karena kegiatan tersebut mendapat sambutan cukup positif dari para siswa dan juga guru. Tahun ini kegiatan tersebut akan lebih ditingkatkan dengan target bisa menjangkau seluruh SMA di Jakarta Barat baik negeri maupun swasta.,” terang Anto.

Terlebih saat ini ada rencana pemerintah untuk mengembalikan sistem penjurusan di tingkat SMA seperti sebelumnya. Artinya siswa akan kembali dikelompokkan berdasar minat studinya, termasuk bahasa. “Bahkan FLS2N (Festival Lomba Seni Siswa Nasional) sekarang menjadi FLS3N (Lomba Seni Sastra Siswa Nasional),“ ujar Anto.

Untuk meneguhkan eksistensinya, Kosakata akan menggelar pesta Inaugurasi pada Sabtu, 26 April 2025 di PPSB Cengkareng Jakarta Barat. Selain pelantikan, acara tersebut juga akan dimeriahkan dengan pembacaan, dramatisasi dan musikalisasi puisi, sahibul hikayat, berbalas pantun, monolog serta peluncuran buku antologi puisi Kosakata.

“Intinya kami Kosakata siap menghidupkan kota lewat kata karena setiap kata punya daya,” pungkas Anto.

Festival Sastra

Di tempat yang sama, Octavianus menambahkan sampai hari ini keberadaan sastra di Jakarta seperti dibedakan dengan kesenian lain di mana sastra tidak mempunyai mata anggaran tersendiri. Anggaran sastra selalu menumpang pada kegiatan seni lain seperti musik atau bahkan diikutkan dengan anggaran untuk honor narasumber pada satu kegiatan.

“Sastra tidak memiliki anggaran tersendiri, padahal Jakarta menyandang predikat sebagai Kota Literasi, Kota Sastra. Ini ironis dan harus kita perjuangan bersama,” beber Octa, sapaan akrab Octavianus Masheka.

Saat ini, menurut Octa, di beberapa wilayah di Jakarta sudah berdiri komunitas sastra seperti Kosakata di Jakarta Barat, KSJT (Komunitas Sasra Jakarta Timur) di Jakarta Timur dan lain-lain. Nantinya komunitas-komunitas itu berhimpun membetuk asosiasi.

“Setelah asosiasi terbentuk, target kita selanjutnya mendorong digelar digelarnya Festival Sastra Jakarta. Kosakata bersama komunitas-komunitas sastra di wilayah lain akan tampil menjadi motor penggeraknya. Sebab setelah terbentuk asosiasi yang merupakan perwujudan dari 5 wilayah di Jakarta, tidak ada alasan lagi untuk tidak menyelenggarakan festival sastra,” tegas Octa.

 

Bagikan ke Media Sosial

Hubungi Admin Jika Ingin Meng-copy Konten Website ini