Gerimis di Bandar Seri Begawan
langit menggigil dalam bisu yang lambat
pohon-pohon tua bicara lirih, rapat
di tepi masjid omar ali saifuddien
gerimis seperti doa tak selesai dikirim
sungai brunei pun menyimpan wajah lesu
mengalir tanpa tanya, tanpa satu restu
di bawah jembatan, bayang-bayang bersandar
pada malam yang turun tanpa benar-benar sadar
langkah-langkah kecil di aspal basah
meninggalkan makna, atau sekadar resah
seorang anak menadah hujan di tangan
lalu hilang di balik ruko dan lampu remang-remang
apakah yang dibisikkan hujan pada kota ini?
mungkin rindu, mungkin hanya sunyi yang abadi
bandar seri begawan, dalam gerimis yang lirih
menyimpan puisi yang tak pernah selesai ditulis
2023
Senja di Stasiun Gambir
langit mengendap di atas rel berkarat
waktu berdiri mematung di peron ketiga
kereta datang seperti ingatan terlambat
menghela nafas kota dan membawanya pergi jua
jam dinding berdetak seperti dada yang menahan
seorang ibu menggenggam tiket seperti harap
bayangan kursi panjang melukis kehilangan
dan langkah-langkah menjadi sajak yang senyap
senja meluruh di jendela kaca yang retak
warna oranye terjerat di besi tua
di stasiun ini kita belajar menjadi jejak
di antara keberangkatan yang tak pernah sepenuhnya tua
2025
Lawang Sewu, Suatu Siang
cahaya jatuh seperti bisikan purba
menelusup di celah pintu-pintu berjaga
lawang sewu memeluk siang tanpa suara
dindingnya menyimpan nama tak terbaca
langkah bergema seperti gema zaman
terpantul di lantai marmar yang menyimpan luka
di balik kaca patri waktu melamban
seolah sejarah tak ingin segera membuka
angin pun menggulung debu seperti doa
menyentuh kusen yang mengingat perpisahan
ketika seribu pintu bukan untuk keluar semata
tapi lorong sunyi menuju ke dalam ingatan
pohon trembesi pun menunduk di halaman
bayangnya menari di atas kenangan tua
lawang sewu berdiri dalam diam dan penantian
seperti puisi yang tak rampung ditulis siapa-siapa
2024
Bionarasi
GUNOTO SAPARIE. Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pernah studi di Yogyakarta dan sempat bergabung dengan Persada Studi Klub (PSK) pimpinan Umbu Landu Paranggi. Selain menulis puisi, ia juga menulis esai/kritik sastra, cerita pendek, dan novel. Pernah menjadi wartawan berbagai media massa. Pernah menjadi dosen, guru, dan penyuluh agama madya. Buku-bukunya antara lain Melancholia (puisi, 1979), Solitaire (puisi, 1981), Islam dalam Kesusastraan Indonesia Modern (esai, 1986), Malam Pertama (puisi, 1996), Ki Ageng Pandanaran (cerita anak, 2003), Penyair Kamar (puisi, 2018), Mendung, Kabut, dan Lain-Lain (puisi, 2019), Bau (novel, 2020), Lirik (puisi, 2021), Kiri Islam dan Lain-Lain (esai, 2024). Kini aktif dalam sejumlah organisasi antara lain sebagai Ketua Umum Satupena Jawa Tengah, Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah, Sekretaris Bidang Media Massa Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Jawa Tengah, Ketua Bidang Seni Budaya Forum Keluarga Purnawirawan Baret Merah Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah.